Rabu, 28 April 2010

PDE SIA

Audit adlah proses sistematis mengenai mendapatkan dan mengevaluasi secara efektif bukti yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penilaiann tersebut dan membentuk kriteria serta menyampaikan hasilnya ke para pengguna yg berkepentingan. Audit internal sbg fungsi penilaian independen yg dibentuk dlm perusahaan u mempelajari dan mengevaluasi beberapa jenis aktivitasnya sebagai layar bagi perusahaan. Audit TI menggunakan beberapa keahlian dan pengetahuan teknis untuk melakuakn audit berbagai sistem komputer.
Risisko audit adalah probabilitas bahwa auditor akan memberikan pend. Yg wajar atas lap keu yg pada kenyataanya, salah saji secara material. Risiko penggendalian adlh kemungkinan bahwa struktur penngendalian salah karn tidak adanya pengendalian u mencegah/mendeteksi kesalahan dlm berbagai akun.
Praktik dan prosedur yg digunakan perusahaan untuk mencapai 4tujuan umum:
1. Mengemankan aktiva perusahaan
2. Memastikan akurasi dan keandalan berbagai cataatan dan inf. Akuntanssi
3. Menyebarluaskn efisiensi dlm operasi perusahaan
4. Mengukur ketaatan dg berbagai kebijakan dan prosedur yg ditetapkan o/pihak manjamen
Penggendalian preventif : teknik pasif yg didesain u mengurangi frekuensi terjadinya peristiwa yg tidak diinginkan.
Penggendaliann detektif : berbagai alat,teknik dan prosedur, yg didesain u/ mengidentefikasikan dan mengekspos peristiwa yg lolos dri penggendalian preventif.
• Risiko perubahan lingkungan
• Perubahan dlm lingkungan operasional yg membebankan berbagai tekanan persaingan baru atas perusahaan.
• Personel baru yang memiliki pemahaman berbeda atau tidak memadai ats penggendalian internal.
• Sistem informasi bru atau yg direkayasa ulang sehingga mempengaruhi pemrosesan transaksi.
Pengawasan : proses dimana kualitas dari desain dan operasi penggendaliaan internal dapat dinilai.
Pengertian Kejahatan Komputer / Computer Fraud

Pelanggaran komputer di mana seseorang, dengan maksud untuk dirinya sendiri atau orang lain yang melanggar hukum badan, oleh salah, tidak lengkap atau data penggunaan yang tidak sah, atau dengan cara yang sama, pengaruh elektronik atau proses serupa atau transmisi data dan akibatnya menyebabkan pengalihan aset keuangan, sehingga kerugian occasioning ke yang lain, atau segera sesudahnya menyembunyikan seperti transfer.

• Apakah cara yang umum dan efektif untuk menyembunyikan suatu pencurian itu ?
– Untuk membebankan item yang dicuri ke suatu rekening biaya
• Apakah contoh dari penggajian ?
– Menambahkan sebuah nama fiktif ke catatan penggajian perusahaannya

• Proses Penipuan.
Kebanyakan penipuan melibatkan tiga langkah.
1. Pencurian sesuatu.
2. Konversi uang tunai.
3. penyembunyian

• Mengapa Terjadi Penipuan
Tiga kondisi yang diperlukan untuk penipuan terjadi:
1. tekanan atau motif
Tekanan
Apa sajakah tekanan keuangan?
- Gaya hidup melebihi kemampuan
- Tinggi utang pribadi
- "Tidak memadai" pendapatan
- Peringkat kredit yang buruk
- Berat kerugian keuangan
- Besar utang judi

Apa sajakah yang terkait dengan tekanan pekerjaan ?
- Gaji rendah
- Nonrecognition kinerja
- Ketidakpuasan kerja
- Rasa takut kehilangan pekerjaan
- Bonus overaggressive rencana
Apa tekanan lain?
- Tantangan
- Keluarga / tekanan teman sebaya
- Ketidakstabilan emosional
- Perlu untuk kekuasaan atau kendali
- Berlebihan kebanggaan atau ambisi

2. Sebuah kesempatan/peluang
Peluang
• Sebuah kesempatan adalah kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang untuk melakukan dan menyembunyikan tindakan tidak jujur.
• Kesempatan sering kali berasal dari kurangnya kontrol internal.
• Namun demikian, kesempatan yang paling lazim untuk penipuan hasil dari kegagalan perusahaan untuk menegakkan sistem pengendalian internal.

3. rasionalisasi
Rasionalisasi
Kebanyakan pelaku punya alasan atau rasionalisasi yang memungkinkan mereka untuk membenarkan perilaku ilegal mereka.
• Apa sajakah rasionalisasi?
• Para pelaku hanya "meminjam" yang aset curian.
• Para pelaku tidak menyakiti orang melainkan hanya sebuah komputer

Mengapa Terjadi Penipuan
1. Pelaku penipuan komputer cenderung lebih muda dan memiliki lebih komputer
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
2. Beberapa pelaku penipuan komputer lebih dimotivasi oleh rasa ingin tahu dan tantangan "Pemukulan sistem."
3. Lain-lain melakukan penipuan untuk mendapatkan bertubuh antara
komputer orang lain dalam masyarakat.

• Penipuan Komputer
• Departemen Kehakiman Amerika Serikat mendefinisikan penipuan komputer sebagai tindak ilegal apapun yang membutuhkan pengetahuan teknologi komputer untuk melakukan tindakan awal penipuan, penyelidikan, atau pelaksanaannya.
• Apakah contoh penipuan komputer itu ?
– Pencurian, penggunaan, akses, modifikasi, penyalinan, dan perusakan software atau datasecara tidak sah
– Pencurian uang dengan mengubah catatan komputer atau pencurian waktu komputer
– Pencurian atau perusakan hardware komputer
– Penggunaan atau konpirasi untuk menggunakan sumber daya komputer dalam melakukan tindak pidana
– Keinginan untuk secara ilegal mendapatkan informasi atau properti berwujud melalui penggunaan komputer

• Peningkatan Penipuan Komputer
Organisasi-organisasi yang melacak penipuan komputer memperkirakan bahwa 80% usaha di Amerika Serikat telah menjadi korban paling tidak satu insiden penipuan komputer.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti bagaimana perusahaan kalah menghadapi penipuan komputer ?
– Tidak setiap orang setuju tentang hal-hal yang termasuk penipuan komputer.
– Banyak penipuan komputer yang tidak terdeteksi.
– Sebagian besar jaringan memiliki tingkat keamanan yang rendah.
– Banyak halaman dalam internet yang memberikan instruksi per langkah tentang bagaimana memulai kejahatan dan melakukan penyalahgunaan komputer.
– Penegakan hukum tidak mampu mengikuti pertumbuhan jumlah penipuan komputer.

• Penipuan dan Teknik Penyalahgunaan Komputer
Beberapa teknik-teknik yang lebih umum, penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer
– Menjebol (cracking)
– Mengacak data (data diddling)
– Kebocoran data (data leakage)
– Serangan penolakan pelayanan (denial of service attack)
– Menguping (eavesdropping)
– Pemalsuan dan Ancaman E-mail (e-mail forgery and threats)
– Melanggar masuk (hacking)
– Informasi yang salah di internet Terorisme Internet
– Bom waktu logika (logic time bomb)
– Menyamar atau Meniru
– Penjebolan Password (password cracking)
– Menyusup (piggybacking)
– Pembulatan ke bawah (round-down)
– Teknik salami (salami technique)
– Pembajakan Software
– Pencarian (scavenging)
– Rekayasa sosial (social engineering)
– Serangan cepat (superzapping)
– Pintu jebakan (trap door)
– Kuda troya (trojan horse)
– Virus
– Cacing (worm)


• Mencegah dan Mendeteksi Penipuan Komputer
Membuat Penipuan Lebih Jarang Terjadi.
a. Menggunakan praktik mempekerjakan dan memecat pegawai yang semestinya.
b. Mengatur para pegawai yang merasa tidak puas.
c. Melatih para pegawai mengenai standar keamanan dan pencegahan terhadap penipuan.
d. Mengelola dan menelusuri lisensi software.
e. Meminta menandatangani perjanjian kerahasiaan kerja.
Meningkatkan Kesulitan untuk Melakukan Penipuan.
a. Mengembangkan sistem pengendalian internal yang kuat.
b. Memisahkan tugas.
c. Meminta pegawai mengambil cuti dan melakukan rotasi pekerjaan.
d. Membatasi akses ke perlengkapan komputer dan file data.
e. Mengenkripsi data dan program.
Memperbaiki Metode Deteksi.
a. Mengamankan saluran telepon dan sistem dari virus.
b. Mengendalikan data yang sensitif.
c. Mengendalikan komputer laptop.
d. Mengawasi informasi hacker.
Mengurangi kerugian akibat penipuan.
a. Tetap menggunakan jaminan asuransi yang memadai.
b. Menyimpan salinan cadangan program dan file data di dalam lokasi luar kantor yang aman.
c. Mengembangkan rencana kontinjensi dalam hal kejadian penipuan.
d. Menggunakan software untuk mengawasi kegiatan sistem dan untuk memulihkan diri dari akibat penipuan.
Menuntut dan Memenjarakan Pelaku Penipuan.
Sebagian besar penipuan tidak dilaporkan dan tidak dituntut untuk beberapa alasan di bawah ini?
a. Banyak kasus penipuan yang belum terdeteksi.
b. Perusahaan segan melaporkan kejahatan komputer.
Auditing, Assurance, and Internal Control serta RISIKO DAN PENGENDALIAN TEKNOLOGI INFORMASI
Perkembangan teknologi informasi memberikan dampak di berbagai bidang. Keberadaan teknologi informasi telah memfasilitasi perekayasaan ulang perusahaan dari proses bisnis tradisional menjadi proses bisnis yang tepat waktu, efisien, serta memperlancar komunikasi baik dalam entitas itu sendiri maupun dalam satu supply chain. Dalam hal pengauditan, penggunaan teknologi informasi oleh klien membuat auditor harus lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan risiko baru yang muncul dalam pengendalian intern. Oleh karena itu mereka harus menggunakan teknik baru untuk mengevaluasi pengendalian dan memastikan keamanan dan keakuratan data dan sistem informasi yang menghasilkan data tersebut.

I. Tipe-tipe Audit

Audit secara umum dibedakan atas audit internal, audit teknologi informasi, audit kecurangan, dan audit eksternal/keuangan. Masing-masing audit ini memiliki karakteristik yang berbeda.
Audit internal merupakan bagian yang independen dalam satu entitas yang memeriksa dan mengevaluasi entitas itu sendiri. Biasanya fokus pemeriksaannya berkaitan dengan audit kepatuhan dan operasional.
Audit teknologi informasi merupakan audit yang menggunakan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam pemeriksaan atas sistem komputer. Audit teknologi informasi dapat pula berupa audit yang dilakukan di mana proses atau data, atau keduanya tersimpan dalam perangkat teknologi. Audit ini merupakan audit berbasis risiko. Biasanya, auditor menggunakan Computer-Assisted Audit Tools (CAATs) atau Computer-Assisted Audit Tools and Techniques (CAATTs). CAATTs memungkinkan auditor untuk melakukan audit through the database dan komputer. Audit teknologi informasi berkaitan dengan keyakinan atas teknologi informasi yang digunakan dalam entitas. Audit ini merupakan bagian dari audit internal, audit eksternal, bahkan audit kecurangan.
Audit kecurangan merupakan upaya investigasi untuk mencari bukti telah terjadi kecurangan.
Audit eksternal/keuangan merupakan audit yang dilakukan oleh pihak independen diluar entitas atas laporan keuangan entitas untuk memastikan bahwa laporan tersebut disajikan secara wajar.
II. Audit Teknologi Informasi

Audit TI berfokus pada aspek berbasis komputer atas sistem informasi organisasi. Audit ini meliputi penilaian ketepatan implementasi, operasi, dan pengendalian sumber daya komputer. Audit ini merupakan bagian yang penting dalam audit internal dan eksternal.

Karakteristik
Proses Sistematik
Audit yang dilakukan merupakan proses yang sistematik dan logis yang diterapkan dalam semua bentuk teknologi informasi. Prosedur yang ada dalam teknologi informasi tidak dapat diverifikasi secara visual sehingga proses audit menjadi kompleks. Oleh karena itu, kerangka logis untuk melaksanakan audit merupakan hal yang sangat penting untuk membantu auditor mengidentifikasi semua proses dan file data yang penting.

Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
Auditor mengembangkan tujuan audit dan mendesain prosedur audit berdasarkan kategori asersi yang telah dibuat oleh manajemen. Dalam audit keuangan, tujuan audit diklasifikasikan menjadi 2 kategori. Kategori yang pertama berhubungan dengan transaksi dan saldo akun yang berdampak langsung pada pelaporan keuangan. Kategori yang kedua berkaitan dengan teknologi informasi itu sendiri. Tujuan ini meliputi penilaian atas pengendalian prosedur manual dan teknologi komputer dalam pemrosesan transaksi.

Pengumpulan Bukti
Dalam lingkungan TI, proses pengumpulan bukti berkaitan dengan keandalan pengendalian komputer dan juga isi basis data yang telah diproses oleh program komputer. Bukti dikumpulkan dengan melakukan test of control untuk mengetahui apakah pengendalian berfungsi dengan baik, dan substantive test untuk menentukan apakah basis data akuntansi mencerminkan dengan wajar transaksi dan saldo akun.
Memastikan Tingkat Kesesuaian dengan Kriteria yang Ditetapkan
Auditor harus menentukan apakah terdapat kelemahan dalam pengendalian internal dan kesalahan yang terdapat dalam transaksi dan saldo akun besarnya material. Dalam lingkungan IT, penentuan ini menjadi semakin kompleks karena keberadaan struktur teknologi dan pengendalian intern yag rumit.

Komunikasi Hasil
Auditor TI akan mengkomunikasikan hasil auditnya pada auditor internal dan eksternal yang akan mengintegrasikan hasil tersebut dengan aspek non TI audit.
Lingkungan Teknologi Informasi (TI)
Keberadaan TI menambah rumit desain pengendalian internal yang efektif. Semua data disimpan dalam sistem informasi. Sementara itu, koneksi akses berada di berbagai tempat dan juga terdapat hubungan antara jaringan yang satu dengan jaringan yang lain. Hal ini meningkatkan risiko akses oleh pihak yang tidak berwenang, pencurian informasi, dan juga kerusakan. TI juga rawan kejahatan atas sistem, data, dan aset. Pihak-pihak tertentu dapat memanfaatkan TI untuk mengesampingkan pengendalian internal sehingga terjadi kecurangan keuangan. Kejahatan dalam lingkungan TI meliputi kecurangan, pencurian aset, dan juga korupsi. Permasalahan lain yang dapat timbul yaitu kerawanan atas kerusakan sistem, baik karena bencana maupun virus.
Struktur Audit TI
Perencanaan Audit
Sebelum auditor menentukan sifat dan luas pengujian yang harus dilakukan, auditor harus memahami bisnis klien (kebijakan, struktur organisasi, dan praktik yang dilakukan). Setelah itu, analisis risiko audit merupakan bagian yang sangat penting. Ini meliputi review atas pengendalian intern. Dalam tahap ini, auditor juga mengidentifikasi aplikasi yang penting dan berusaha untuk memahami pengendalian terhadap transaksi yang diproses oleh aplikasi tersebut. Tujuan auditor adalah mendapatkan informasi yang lengkap tentang entitas untuk dijadikan dasar merencanakan tahap selanjutnya dalam audit.

Pengujian Pengendalian
Tujuan tahap ini adalah untuk menentukan apakah terdapat pengendalian internal yang memadai dan berfungsi dengan tepat. Teknik yang digunakan dalam pengujian berupa teknik manual dan juga teknik audit komputer khusus. Teknik ini menggunakan pendekatan berbasis sistem yang berfokus pada pengendalian dan sistem secara keseluruhan. Hasil akhir tahap ini adalah penilaian atas kualitas pengendalian intern. Tingkat keyakinan auditor akan mempengaruhi jenis dan luas pengujian substantive yang akan dilakukan.

Pengujian Substantif
Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan secara terinci saldo akun dan transaksi. Informasi yang digunakan berada dalam file data yang biasanya harus diambil menggunakan software CAATTs. Pendekatan basis data menggunakan CAATTs dan pengujian substantif untuk memeriksa integritas data. Dengan kata lain, CAATTs digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui integritas dan keandalan data itu sendiri.
III. Pengendalian Intern
Keberadaan Sarbanes-Oxley Act 2002 memberikan dampak yang besar bagi auditor. Ketentuan yang berkaitan dengan pengendalian intern membuat tanggung jawab auditor menjadi semakin luas. Auditor internal, auditor eksternal dan juga IT auditor dibebani tanggung jawab untuk mengevaluasi, menilai, dan melaporkan pengendalian intern entitas yang wajib dilaporkan oleh manajemen. Pengendalian intern berkaitan dengan risiko. Risiko merupakan ancaman potensial atas nilai atau kegunaan aset entitas.
Pengendalian intern merupakan upaya untuk melindungi aset entitas dari berbagai kejadian yang dapat merugikan. Diantaranya adalah pencurian aset (termasuk informasi), program komputer yang salah, input data yang tidak benar, ancaman virus dan hacker, dll. Pengendalian intern yang lemah membuat perusahan menghadapi risiko kerusakan aset (aset fisik dan informasi), pencurian aset, korupsi informasi atau sistem informasi, dan gangguan sistem informasi.
PDC Model
Pengendalian dapat dilakukan dalam 3 tingkatan, yaitu preventif, detektif, dan korektif.
Pengendalian Preventif:
Merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi frekuensi terjadinya tindakan yang tidak diinginkan. Pencegahan dilakukan sebelum tindakan yang merugikan terjadi. Pengendalian ini lebih cost-effective daripada pengendalian detektif dan korektif.
Pengendalian Detektif:
Tidak semua tindakan yang merugikan dapat dicegah oleh pengendalian preventif. Oleh karena itu perlu prosedur, teknik, dan alat untuk mengidentifikasi tindakan tersebut. Proses yang terjadi dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan untuk menilai kesesuaiannya. Proses yang tidak sesuai standar mengindikasikan terjadinya permasalahan.
Pengendalian Korektif:
Pengendalian ini dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang telah terdeteksi
Pengendalian Prediktif
Adanya perkembangan TI memungkinkan auditor TI untuk memprediksikan kejadian-kejadian tertentu yang merugikan. Misalnya Artificial Neural Network (ANN) dan Internet Storm Center. ANN memiliki kemampuan untuk belajar atau mengenali pola dalam transaksi yang mengandung kesalahan atau manipulasi dengan mengekspos sistem pada situasi yang nyata dari masa lalu. Kemudian, dengan menggunakan ANN, sistem dapat melakukan filter atas transaksi dengan mencari transaksi yang mencurigakan dan memberitahukan hal tersebut saat transaksi dimasukkan. Internet Storm Center mengkombinasikan log dari berbagai host internet untuk melacak aktivitas tertentu dalam port internet. ISC dapat mengenali anomali atau aktivitas yang tidak biasa. Dengan menggunakan sistem ini, sistem akan memberitahukan segera saat terdapat virus, worm, denial of service attacks, dll.
Mengidentifikasi Pengendali Teknologi Informasi
COSO dan Model Kontrol Lainnya
Untuk mengevaluasi pengendalian internal: efisiensi & efektivitas, kehandalan L/K & kepatuhan terhadap peraturan (jaminan yg memadai)
Komponen pengendalian internal: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, pengendalian aktivitas, informasi dan komunikasi, serta monitoring
Konsep Fundamental Laporan COSO
Dinyatakan dalam definisi berikut:
Pengendalian intern merupakan suatu proses.
Pengendalian intern dilaksanakan oleh orang.
Pengendalian intern dapat diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang mutlak, kepada manajemen dan dewan direksi suatu entitas karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan perlunya untuk mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif dari pengadaan pengendalian.
Pengendalian intern diarahkan pada pencapaian tujuan dalam kategori yang saling tumpang tindih dari pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Pernyataan dalam Standar Audit
CobiT
Penjamin Sistem Keterpercayaan
Standar Pengendalian Kualitas
ISO 9000, The International Organization for Standardization (ISO) telah menetapkan standar keteknikan untuk kualitas produk sejak 1947.
Six Sigma. Six Sigma mewakili pendekatan standar untuk memproses perbaikan. Six Sigma mempunyai dua metodologi yaitu DMAIC untuk proses yang telah ada dan DMADV untuk produk atau proses baru.
CobiT
Menggabungkan pengendalian internal dengan informasi dan TI.
Dimaksudkan untuk digunakan oleh manager dan pemilik proses bisnis, bersama dengan auditor dan pengguna informasi.
Rerangka untuk merancang & implementasi pengendalian TI
Information criteria, IT process, IT resources.
Efektivitas, efisien, kerahasiaan, integritas, keberadaan, kepatuhan & kehandalan.
SAS
SAS nomor 55
SAS nomor 78
SAS nomor 78
Mengacu pada pengendalian internal yang direkomendasikan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision (COSO), SAS 78 mendefinisikan lima komponen pengendalian internal:
1. Pengendalian lingkungan. Pengendalian ini adalah kunci utama dari empat komponen pengendalian lainnya. Unsur penting dari pengendalian ini adalah:
• Integritas dan etika manajemen
• Struktur organisasi
• Keberadaan dan partisipasi BOD dan komite audit
• Filosofi manajemen dan gaya operasi
• Prosedur dalam mendelegasikan tanggungjawab dan otoritas
• Metode manajemen dalam menilai kinerja
• Pengaruh eksternal
• Kebijakan organisasi dan praktik dalam SDM
SAS 78 mewajibkan auditor untuk memperoleh pengetahuan yang memadai dalam menilai sikap dan kesadaran manajemen, BOD, dan pemilik terhadap pengendalian internal.
2. Penilaian Risiko, dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola risiko yang bersangkutan terhadap laporan keuangan. Risiko-risiko yang mungkin timbul antara lain:
• Perubahan dalam sistem operasional perusahaan
• Personel baru yang memiliki pemahaman berbeda dari pengendalian internal
• Implementasi teknologi baru
• Pengenalan lini produk yang baru
• Penggunaan prinsip akuntansi baru yang mempengaruhi laporan keuangan
3. Informasi dan komunikasi, terdiri atas metode yang digunakan dalam menginisisasi, mengidentifikasi, menganalisa, mengklasifikasi dan mencatat transaksi dan menghitung aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Pada dasarnya suatu sistem akuntansi yang efektif dapat melakukan hal berikut ini:
• Mengidentifikasi & mencatat transaksi keuangan secara valid
• Menyediakan informasi tepat waktu
• Secara akurat mengukur nilai transaksi (keuangan)
• Secara akurat mencatat transaksi dalam periode waktu yang bersangkutan
4. Pengawasan (monitoring), adalah proses di mana kualitas rancangan dan operasi pengendalian internal dapat dinilai. Penilaian ini dapat dilakukan dengan prosedur yang terpisah atau seiring dengan aktivitas yang berjalan.
Prosedur terpisah misalnya menyatukan bukti dari kecukupan uji pengendalian, dan mengkomunikasikan kekuatan dan kelemahannya terhadap manajemen.
Pengawasan berjalan dapat dilakukan dengan mengintegrasikan modul komputer tertentu ke sistem informasi yang mengambil data dan uji pengendalian untuk diaplikasikan terhadap kegiatan rutin.
5. Pengendalian aktivitas, adalah penggunaan kebijakan dan prosedur yang meyakinkan bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan dalam menangani risiko yang teridentifikasi. Pengendalian aktivitas ini dapat dikelompokkan kedalam dua kategori:
• Pengendalian komputer, antara lain:
o Pengendalian umum
o Pengendalian aplikasi
• Pengendalian fisik
o Verifikasi independen
o Otorisasi transaksi
o Pemisahan tugas
o Supervisi
o Pencatatan akuntansi
o Pengendalian akses
Pentingnya Pengendalian Internal
Kelima komponen pengendalian internal memberikan auditor informasi penting tentang risiko material dari salah saji atau kecurangan laporan keuangan. Karena auditor diwajibkan untuk memperoleh pengetahuan yang mencukupi tentang pengendalian internal klien.
Pendokumentasian Pengendalian TI
Narasi pengendalian internal
Mendeskripsikan pengendalian dalam bentuk teks: asal & pelepasan dokumen, langkah proses, pengendalian internal (izin & otorisasinya)
Flowchart
Menggunakan grafik untuk mendokumentasikan pengendalian internal: penghubung, aliran data & langkah proses
ICQ
Pertanyaan yang diajukan oleh auditor untuk mengevaluasi pengendalian internal: aplikasi, proses, risiko atau akses data
Memastikan auditor untuk fokus pada risiko tertentu
Hasilnya dpt digunakan untuk membuat narasi pengendalian internal & flowchart
Rerangka Umum dalam Risiko & Pengendalian TI
Area dari risiko yang paling mungkin terjadi berhubungan dengan enam topik berikut:
1. Operasi
2. Sistem data manajemen
3. Pengembangan sistem baru
4. pemeliharaan sistem
5. E-commerce
6. Aplikasi komputer
Mengidentifikasi Risiko Teknologi Informasi
Risiko adalah kemungkinan timbulnya hasil negatif. Manager dan auditor berusaha untuk menyeimbangkan risiko, bukannya menghilangkannya. Dalam beberapa kasus, TI membuat bisnis lebih berisiko dan di kasus lain, TI membuat bisnis lebih aman. Risiko terbagi menjadi :
1. Risiko Bisnis:
Kemungkinan bahwa organisasi tidak akan mencapai sasaran (goals) dan tujuan organisasi (objectives), yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal perusahaan. Untuk memahami risiko bisnis organisasi, pertama kali auditor harus familiar dengan rencana strategis organisasi.
2. Risiko Audit:
Kemungkinan bahwa auditor eksternal organisasi membuat kesalahan ketika mengeluarkan pendapat yang mendukung kewajaran laporan keuangan, atau bahwa auditor TI gagal menemukan kesalahan atau kecurangan material. Contoh, auditor mungkin berkata bahwa semua hal baik-baik saja padahal sebenarnya tidak. Saat auditor menanggung risiko bisnis sendiri terkait dengan risiko audit, risiko audit tidak dibatasi oleh mereka sendiri. Kegagalan Enron dan masalah laporan keuangan dari perusahaan Fortune 500 seperti Xerox dan AOL menggambarkan bahwa shareholder, karyawan, dan perekonomian secara keseluruhan akan menderita ketika perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang tidak mencerminkan situasi keuangan mereka.
3. Risiko Keamanan:
Termasuk risiko yang terkait dengan akses dan integritas data.
Akses data oleh pihak yang tidak berwenang dapat berbentuk fisik maupun logika.
Contoh akses fisik oleh pihak yang tidak berwenang:
Seorang pengguna lalai melakukan log off di akhir hari kerja, kemudian seorang petugas kebersihan duduk di PC tersebut dan membaca e-mail rahasia.
Contoh akses logika oleh pihak yang tidak berwenang
Bila pengguna melakukan log off pada PC tersebut dan diperlukan password untuk log on pada jaringan perusahaan, penjaga kebersihan akan ditolak oleh sistem akses logis perusahaan, meskipun petugas tersebut punya akses fisik.
4. Risiko Keberlanjutan:
Termasuk risiko yang terkait dengan ketersediaan sistem back up dan didapatnya kembali data (recovery). Ketersediaan mengacu pada keamanan yang memastikan bahwa sistem informasi akan selalu tersedia bagi penggunanya.
Menilai Risiko Teknologi Informasi
Manager dan auditor harus menilai risiko TI untuk menentukan bagaimana menerapkan sumber daya pada manajemen risiko. Manajemen risiko berusaha menyeimbangkan risiko terhadap kebutuhan organisasi. Untuk menyeimbangkan risiko, kita harus menilainya. Hal ini membutuhkan identifikasi dan pengukuran.
Ancaman dan Kerentanan
Pendekatan Penilaian Risiko TI:
1. Mengidentifikasi ancaman/tekanan (exposure)
2. Menilai kerawanan atas ancaman/tekanan
3. Menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima
• Managemen akan mau menghabiskan sejumlah dana yang setara dengan nilai risiko yang diharapkan, untuk mengendalikan risiko tersebut.
• Dapat dilakukan dengan “guesstimation”.
• Formulanya:
Indikator Risiko dan Pengukuran Risiko
Cara lain untuk menilai risiko adalah dengan mengidentifikasi proses TI dan kemudian membangun serangkaian indikator yang berkaitan. Indikator risiko akan menunjukkan kebutuhan pengendalian. Pengukuran penilaian risiko adalah penting karena memungkinkan auditor TI untuk mempersempit lingkup audit dan memaksimumkan efisiensi dan efektifitas.
Cara untuk mengukur risiko:
1. Mengukur nilai kerugian yang diharapkan (expected value of losses) sebagaimana yang disebutkan
2. Menentukan nilai untuk tiap indikator risiko berdasarkan penilaian kekritisannya.
Penjaminan Keterpercayaan Sistem
• AICPA dan Canadian Institute of Chartered Accountants membuat jasa penjamin SysTrust, yang terhubung erat dengan auditing TI.
• SysTrust mengidentifikasi empat prinsip kepercayaan:
1. Ketersediaan (Availability)
2. Keterpeliharaan (Maintainability)
3. Integritas (Integrity)
4. Keamanan (Security)
Memonitor Risiko dan Pengendalian TI
Manajemen risiko membutuhkan perhatian yang konstan, pemonitoran risiko dan pengendalian yang terus menerus.
STANDAR COBIT
COBIT dikembangkan sebagai suatu generally applicable and accepted standard for good Information Technology (IT) security and control practices . Istilah “ generally applicable and accepted ” digunakan secara eksplisit dalam pengertian yang sama seperti Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
Skandal keuangan yang terjadi dalam Enron, Worldcom, Xerox yang melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” mendapatkan respon dari Kongres Amerika Serikat, salah satunya dengan diterbitkannya undang-undang (Sarbanex-Oxley Act) yang diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes (Maryland) dan wakil rakyat Michael Oxley (Ohio) yang telah ditandatangani oleh presiden George W. Bush. Dalam Sarbanex-Oxley Act diatur tentang Akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan tatakelola, yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi ekskutif dan pembentukan komite audit yang independen. Dalam tatakelola yang baik, peranan IT Governance (tatakelola TI) merupakan hal yang sangat penting, dalam konteks organisasi bisnis yang berkembang, kebutuhan akan TI bukan merupakan barang yang langka, dalam konteks ini tatakelola yang baik membutuhkan IT Governance yang baik. COBIT (control objective for information and related technology) dapat digunakan sebagai tools yang digunakan untuk mengefektifkan implementasi Sarbanes-Oxley Act.
Control Objectives for Information and related Technology (COBIT, saat ini edisi ke-4) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna ( user ) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis. Lembaga Pengaturan IT (IT Governance Institute, ITGI) pada 16 Desember 2005, akan memperbaharui tujuan pengontrolan informasi dan teknologi yang terkait (COBIT), suatu kerangka kerja pengaturan IT yang dapat diterima secara internasional.
COBIT dapat menyediakan seperangkat praktek yang dapat diterima pada umumnya karena dapat membantu para direktur, eksekutif dan manager meningkatkan nilai IT dan mengecilkan resiko.
"Para eksekutif menyadari bahwa dampak informasi dapat menjadikan jalan perusahaan mereka ke arah keberhasilan dan tanggungjawab pengaturan yang meningkat yang mereka miliki untuk menjamin adanya keberhasilan," ujar Erik Guldentops, CISA, CISM, seorang konsultan manajemen di Brussels, Belgia dan juga anggota tim pengembangan COBIT sejak berdirinya.
Edisi COBIT terbaru memberikan praktek dan hubungan ke atas terbaik untuk menunjang persyaratan pengelolaan IT bagi para eksekutif dan direktur dan yang berkaitan dengan hubungan ke bawah digunakan untuk mengatasi persyaratan yang lebih rinci bagi mereka yang bertanggungjawab terhadap solusi dan jasa pengiriman. Ini semua juga memberikan dukungan agar dapat mengoptimalkan investasi IT, menjamin nilai pengiriman dan meringankan resiko IT dengan cara yang lebih transparan.
Walaupun COBIT juga digunakan secara luas sebagai alat untuk keperluan Sarbanes-Oxley (SOX), edisi awalnya mencakup banyak masalahpengendalian aturan termasuk juga SOX. Ia merupakan produk yang diperoleh melalui penelitian dan kerjasama selama 10 tahun antara ahli IT global dan bisnis dan juga sudah tersedia sebagai standar terbuka www.isaca.org/cobit.
Edisi terbaru -- COBIT 4.0 memberikan fokus bisnis yang cukup kuat untuk mengatasi tanggungjawab para direktur dan pegawai. COBIT 4.0 menandai pembaharuan pertama dari isi COBIT sejak dirilisnya edisi COBIT ketiga di tahun 2000. Edisi pertama diterbitkan di tahun 1994. Studi kasus pelaksanaan COBIT di organisasi internasional utama misalnya Unisys, Sun Microsystems dan DPR Amerika juga terdapat di http://www.isaca.org/cobitcasestudies.
"COBIT 4.0 tidak kelihatan seperti sebuah buku akademik. Ada materi yang cukup berguna pada setiap halaman," ujar Christopher Fox, ACA. "COBIT 4.0 mampu menjadi sebuah dokumen yang sangat bermanfaat."
COBIT 4.0 ini juga mencakup bimbingan bagi para direktur dan semua level manajemen dan terdiri atas empat seksi:
 Gambaran luas mengenai eksekutif
 Kerangka kerja
 Isi utama (tujuan pengendalian, petunjuk manajemen dan model kedewasaan)
 Appendiks (pemetaan, ajuan silang dan daftar kata-kata)
Isi utama dibagi lagi menurut proses 34 IT dan memberikan gambaran yang sempurna mengenai cara mengendalikan, mengelola dan mengukur masing-masing proses.
Selain itu, COBIT 4.0:
 Menganalisa bagaimana tujuan pengendalian dapat dipetakan ke dalam lima wilayah penentuan IT agar dapat mengidentifikasi gap potensial.
 Menyesuaikan dan memetakan COBIT ke standar yang lain (ITIL, CMM, COSO, PMBOK, ISF and ISO 17799)
 Mengklarifikasikan indikator tujuan utama (KGI) dan indikator hubungan kinerja utama (KPI), dengan mengenal bagaimana KPI dapat bergerak mencapai KGI.
 Menghubungkan tujuan bisnis, IT and proses IT (penelitian mendalam di delapan industri dengan pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana proses COBIT mendukung tercapainya tujuan IT spesifik dan dengan perluasan, tujuan bisnis).
COBIT 4.0 bisa menggantikan komponen edisi ketiga yang menyangkut Ringkasan Eksekutif, Kerangka kerja, Tujuan Pengontrolan dan Petunjuk Manajemen. Pekerjaan sedang dilakukan agar bisa mengatasi petunjuk Audit.
Perkenalan COBIT 4.0 tetap akan melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh COBIT edisi ketiga, tetapi hanya memberikan kesempatan untuk membangun pekerjaan itu dan selanjutkan meningkatkan penentuan IT dan pengendaliannya bila cocok.
Tentang COBIT
COBIT® (Tujuan pengendalian bagi informasi dan teknologi terkait®)) dikeluarkan oleh ITGI dapat diterima secara internasional sebagai praktek pengendalian atas informasi, IT dan resiko terkait. COBIT digunakan untuk menjalankan penentuan atas IT dan meningkatkan pengontrolan IT. COBIT juga berisi tujuan pengendalian, petunjuk audit, kinerja dan hasil metrik, faktor kesuksesan dan model kedewasaan.
Tentang ITGI
Lembaga Pengaturan IT® (IT Governance Institute, ITGI) (http://www.itgi.org) didirikan pada tahun 1998 untuk memajukan pemikiran dan standar internasional dalam mengarahkan dan mengendalikan teknologi informasi sebuah perusahaan. Pengaturan IT yang efektif dapat membantu meyakinkan bahwa IT sangat mendukung tujuan bisnis dan mengelola resiko yang berkaitan dengan IT dan kesempatan. Lembaga Pengaturan IT mengembangkan tujuan pengendalian bagi informasi dan teknologi terkait (COBIT) serta menawarkan penelitian dan studi kasus untuk membantu pengelola perusahaan dan para direktur dalam tanggungjawab pengaturan IT.
COBIT dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA). COBIT memberikan arahan ( guidelines ) yang berorientasi pada bisnis, dan karena itu business process owners dan manajer, termasuk juga auditor dan user, diharapkan dapat memanfaatkan guideline ini dengan sebaik-baiknya.
Cobit Framework terdiri atas empat domain utama yang merupakan proses pengendalian sistem informasi, yaitu :
a. Planning & Organization
Domain ini memiliki 11 control objectives, menitikberatkan pada proses perencanaan dan penyelarasan strategi TI dengan strategi perusahaan.
b. Acquisition & Implementation
Domain ini memiliki 6 control objectives, menitikberatkan pada proses pemilihan, pengadaan dan penerapan TI yang digunakan
c. Delivery and Support
Domain ini memiliki 13 control objectives, menyangkut penyampaian layanan yang diperlukan, dengan menyusun sistem aplikasi terhadap keamanan dan kontinuitas proses TI yang tersedia.
d. Monitoring
Domain ini memiliki 4 control objectives, menitikberatkan pada pengarahan dan pengawasan proses TI dalam organisasi agar resiko dapat diminimize dan penjaminan independen yang disediakan oleh auditor internal maupun eksternal yang indepenen kewenangan dalam pengorganisasian.
Audit Guidelines: Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci ( detailed control objectives ) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.
Management Guidelines: Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus?
Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses ( critical success factors )?
Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan?
Bagaimana dengan perusahaan lainnya – apa yang mereka lakukan?
Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya.
The COBIT Framework memasukkan juga hal-hal berikut ini:
Maturity Models – Untuk memetakan status maturity proses-proses TI (dalam skala 0 – 5) dibandingkan dengan “the best in the class in the Industry” dan juga International best practices
Critical Success Factors (CSFs) – Arahan implementasi bagi manajemen agar dapat melakukan kontrol atas proses TI.
Key Goal Indicators (KGIs) – Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan business requirements
Key Performance Indicators (KPIs) – Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan process goals
Sedang, COBIT’s “good practices” mencerminkan konsensus antar para ahli di seluruh dunia. COBIT dapat digunakan sebagai IT Governance tools, dan juga membantu perusahaan mengoptimalkan investasi TI mereka. Hal penting lainnya, COBIT dapat juga dijadikan sebagai acuan atau referensi apabila terjadi suatu kesimpang-siuran dalam penerapan teknologi.
Suatu perencanaan Audit Sistem Informasi berbasis teknologi (audit TI) oleh Internal Auditor, dapat dimulai dengan menentukan area-area yang relevan dan berisiko paling tinggi, melalui analisa atas ke-34 proses tersebut. Sementara untuk kebutuhan penugasan tertentu, misalnya audit atas proyek TI, dapat dimulai dengan memilih proses yang relevan dari proses-proses tersebut.
Lebih lanjut, auditor dapat menggunakan Audit Guidelines sebagai tambahan materi untuk merancang prosedur audit. Singkatnya, COBIT khususnya guidelines dapat dimodifikasi dengan mudah, sesuai dengan industri, kondisi TI di Perusahaan atau organisasi Anda, atau objek khusus di lingkungan TI.
Selain dapat digunakan oleh Auditor, COBIT dapat juga digunakan oleh manajemen sebagai jembatan antara risiko-risiko TI dengan pengendalian yang dibutuhkan (IT risk management) dan juga referensi utama yang sangat membantu dalam penerapan IT Governance di perusahaan.
PENTINGNYA AUDIT SISTEM INFORMASI E-GOVERNMENT
Dengan pemahaman bahwa manajemen TIK di lembaga pemerintahan merupakan suatu hal rumit dan kompleks serta penting bagi layanan publik, maka sudah pasti semua pimpinan lembaga pemerintahan ingin mengetahui kondisi ketatakelolaan TIK yang selama ini telah dilaksanakan di lembaganya. Berikut jurusnya.
Pendahuluan
Kita seringkali sulit untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan ini :
1. Apakah aset Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) yang kita miliki sudah dilindungi dengan layak dari risiko kerusakan, kehilangan, kesalahan atau penyalahgunaan ?
2. Apakah informasi yang diolah melalui TIK tersebut sudah dapat kita yakini integritasnya (kelengkapan dan akurasi) ?
3. Apakah solusi TIK yang kita kembangkan sudah dapat mencapai tujuannya dan membantu pencapaian tujuan lembaga kita dengan efektif ?
4. Apakah sumber daya TIK yang kita miliki sudah dimanfaatkan dengan efisien dan bertanggung jawab ?
Definisi Audit Sistem Informasi
Salah satu cara dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah dengan melakukan audit atas solusi TIK yang kita miliki, atau yang lazim disebut dengan Audit Sistem Informasi.
Definisi Audit Sistem Informasi adalah suatu proses pengumpulan dan pengevalusian bukti-bukti yang dilakukan oleh pihak yang independen dan kompeten untuk mengetahui apakah suatu sistem informasi dan sumber daya terkait, secara memadai telah dapat :
melindungi aset,
menjaga integritas dan ketersediaan sistem dan data,
menyediakan informasi yang relevan dan handal,
mencapai tujuan organisasi dengan efektif,
menggunakan sumber daya dengan efisien,
Proses Audit Sistem Informasi
Proses audit sistem informasi yang berbasis risiko serta sesuai dengan standar audit dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut :
Pada tahap survei pendahuluan, auditor akan berusaha untuk memperoleh gambaran umum dari lingkungan TIK yang akan diaudit. Kemudian dilanjutkan dengan pemahaman yang lebih mendalam dari seluruh sumber daya TIK – infrastruktur, aplikasi, informasi, personil – yang termasuk ke dalam lingkup audit, serta pemahaman atas sistem pengendalian intern TIK yang ada seperti struktur organisasi, kebijakan, prosedur, standar, parameter, dan alat bantu kendali lainnya.
Selanjutnya auditor akan melakukan analisis risiko pendahuluan untuk mengidentifikasi berbagai risiko yang mungkin timbul di lingkungan TIK yang diaudit serta kelayakan rancangan pengendalian intern TIK yang telah ada. Jika rancangan pengendalian intern TIK dipandang memadai maka auditor selanjutnya akan melakukan pengujian dari pelaksanaan kendali-kendali tersebut, namun jika dipandang tidak layak maka auditor akan langsung melakukan pengujian terinci terhadap risiko TIK secara mendalam (dengan jumlah sampel yang cukup besar).
Setelah melakukan pengujian pengendalian intern TIK dan auditor telah memperoleh bukti yang memadai bahwa pengendalian intern TIK telah dilaksanakan sesuai rancangannya maka selanjutnya auditor akan melakukan pengujian terinci atas risiko TIK secara terbatas (dengan jumlah sampel yang terbatas). Namun jika hasil pengujian pengendalian intern TIK menunjukkan bahwa pelaksanaan pengendalian intern TIK tidak sesuai dengan rancangannya maka auditor akan melakukan pengujian terinci risiko TIK secara mendalam.
Bukti-bukti yang diperoleh auditor dari hasil analisis risiko dan rancangan kendali serta pengujian pengendalian intern TIK dan pengujian terinci risiko TIK selanjutnya akan digunakan oleh auditor untuk menyusun laporan audit sistem informasi yang memuat kesimpulan audit beserta tanggapan dari pihak yang diaudit atas rekomendasi yang disampaikan oleh auditor dalam rangka peningkatan pengendalian intern TIK.
Tujuan dan Lingkup Audit Sistem Informasi
Tujuan Audit Sistem Informasi dapat dikelompokkan ke dalam dua aspek utama dari ketatakelolaan TIK, yaitu :
Conformance (Kesesuaian) – Pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kesesuaian, yaitu : Confidentiality (Kerahasiaan), Integrity (Integritas), Availability (Ketersediaan) dan Compliance (Kepatuhan).
Performance (Kinerja) - Pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kinerja, yaitu : Effectiveness (Efektifitas), Efficiency (Efisiensi), Reliability (Kehandalan).
Lingkup Audit Sistem Informasi pada umumnya difokuskan kepada seluruh sumber daya TIK yang ada, yaitu Aplikasi, Informasi, Infrastruktur dan Personil.
Untuk lebih praktisnya, berikut ini adalah beberapa tujuan audit sistem informasi yang pernah dilakukan, antara lain :
Evaluasi atas kesesuaian (strategic alignment) antara rencana strategis dan rencana tahunan organisasi dengan rencana strategis TIK, rencana tahunan TIK dan rencana proyek/program TIK.
Evaluasi atas kelayakan struktur organisasi TIK, termasuk pemisahan fungsi (segregation of duties) dan kelayakan pelimpahan wewenang dan otoritas (delegation of authority).
Evaluasi atas pengelolaan personil TIK, termasuk perencanaan kebutuhan, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pendidikan, promosi/demosi/mutasi, serta terminasi personil TIK.
Evaluasi atas pengembangan TIK, termasuk analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, pengujian, implementasi dan migrasi, pelatihan dan dokumentasi TIK, serta manajemen perubahaan.
Evaluasi atas kegiatan operasional TIK, termasuk pengelolaan keamanan dan kinerja pengelolaan pusat data (data center), pengelolaan keamanan dan kinerja jaringan data, dan pengelolaan masalah dan insiden TIK serta dukungan pengguna (helpdesk).
Evaluasi atas kontinuitas layanan TIK, termasuk pengelolaan backup & recovery, pengelolaan prosedur darurat TIK (IT emergency plan), pengelolaan rencana pemulihan layanan TIK (IT recovery plan), serta pengujian rencana kontijensi operasional (business contigency/continuity plan).
Evaluasi atas kualitas pengendalian aplikasi, termasuk pengendalian input, pengendalian proses dan pengendalian output.
Evaluasi atas kualitas data/informasi, termasuk pengujian atas kelengkapan dan akurasi data yang dimasukkan, diproses, dan dihasilkan oleh sistem informasi.
Peranan Audit Sistem Informasi di Lembaga Pemerintahan
Dengan pemahaman bahwa manajemen TIK di lembaga pemerintahan merupakan suatu hal rumit dan kompleks serta penting bagi layanan publik, maka sudah pasti semua pimpinan lembaga pemerintahan ingin mengetahui kondisi ketatakelolaan TIK yang selama ini telah dilaksanakan di lembaganya.
Disinilah peranan Audit Sistem Informasi di dalam suatu lembaga pemerintahan, yaitu untuk memberikan suatu hasil evaluasi yang independen mengenai kesesuaian dan kinerja dari TIK yang ada, apakah sudah dapat melindungi aset TIK, menjaga integritas dan ketersediaan sistem dan data, menyediakan informasi yang relevan dan handal, dan mencapai tujuan organisasi dengan efektif, serta menggunakan sumber daya TIK dengan efisien.
Para pemeriksa dari BPK, BPKP dan Bawasda serta kantor akuntan publik atau konsultan audit yang melakukan audit atas lembaga pemerintahan, diharapkan dapat memberikan suatu hasil evaluasi yang independen atas kesesuaian dan kinerja pengelolaan TIK di lembaga pemerintahan, serta memberikan berbagai rekomendasi yang dapat dengan signifikan meningkatkan ketatakelolaan TIK di lembaga tersebut.
Keterpurukan ketatakelolaan TIK di lembaga pemerintahan saat ini, yang seringkali hanyalah berupa belanja-belanja proyek TIK tanpa kejelasan kesesuaian dan kinerja yang diharapkan, tentunya tidak lepas dari kemampuan para pemeriksa dalam melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi terkait ketatakelolaan TIK serta komitmen dari para pimpinan lembaga dalam menindaklanjuti rekomendasi tersebut. Audit Sistem Informasi tidak dilaksanakan untuk mencari temuan atau kesalahan, namun untuk memberikan kesimpulan serta merekomendasikan perbaikan yang dapat dilakukan atas pengelolaan TIK.
Manfaat Audit Sistem Informasi di Lembaga Pemerintahan
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa Audit Sistem Informasi di lembaga pemerintahaan akan dapat memberikan banyak manfaat, antara lain :
Meningkatkan perlindungan atas aset TIK lembaga pemerintahan yang merupakan kekayaan negara, atau dengan kata lain aset milik publik,
Meningkatkan integritas dan ketersediaan sistem dan data yang digunakan oleh lembaga pemerintahan baik dalam kegiatan internal lembaga maupun dalam memberikan layanan publik,
Meningkatkan penyediaan informasi yang relevan dan handal bagi para pemimpin lembaga pemerintahan dalam mengambil keputusan dalam menjalankan layanan publik,
Meningkatkan peranan TIK dalam pencapaian tujuan lembaga pemerintaha dengan efektif, baik itu untuk terkait dengan kebutuhan internal lembaga tersebut, maupun dengan layanan publik yang diberikan oleh lembaga tersebut,
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya TIK serta efisiensi secara organisasional dan prosedural di lembaga pemerintahan.
Dengan kata lain, Audit Sistem Informasi merupakan suatu komponen dan proses yang penting bagi lembaga pemerintahan dalam upayanya untuk memberikan jaminan yang memadai kepada publik atas pemanfaatan TIK yang telah dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan.

Selasa, 27 April 2010

AKUNTANSI KEPRILAKUAN

Aspek Keperilakuan Pada Perencanaan Laba dan Penganggaran
Penyusunan anggaran adalah suatu tugas yang berifat teknis. Aspek keperilakauan dan pengaggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam proses penyususna anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manuasi mencoba untuk hidup dengan anggaran. Anggaran menetapkan batasan terhadap apa yang dibeli dan berapa banyak yang dapat dibelanjakan. Anggaran membatasi tindakan manager, dan merupakan alasan mengapa kinerja manager dipantau secara kontinu dan standar terhadap mana hasil kinerja yang dibandingkan.
Beberapa fungsi dari anggaran yaitu:
1. Merupakan hasil akhir dari suatu proses perencanaan perusahaan.
2. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi.
3. Berindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam depertemen atau devisi rganisasi antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam menyusun suatu anggaran atau rencana laba, ada beberapa langkah yaitu:
1. Menajeman puncak harus memutuskan apa yang menjadi tujuan jangka pendek perusahaan da strategi apa yang akan digunakan untuk mencapainnya.
2. Tujuan harus diterapkan dan sumber daya dialokasikan.
3. Harus menyusun suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif, dan disetujui oleh menajemen puncak. Kemudian anggaran di komunikasikan kepada karyawan yang kinerjanya dkendalikan.
4. Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya dan menentukan bidang-bidang masalah dalam organisasi dengan membandingkan hasil kinerja actual dengan tujua yang telah danggarkan secara periodic.

Konsekuensi Perilaku Disfungsional dalam Pembuatan Anggaran
Rasa Tidak Percaya
Alasan dari adanya rasa tidak percaya diri didasarkan pada keyakinan penyedia bahwa; anggaran cenderung untuk menyederhanakan situasi “rill” dan gagal untuk memungkinkan dimasukannya variasi dalam factor – factor eksternal, anggaran mencerinkan variable-variabel kuantitatif, anggaran hanya mengkonfirmasikan apa yang telah diketahui oleh penyelia, anggaran sering kali digunakan utuk memanipulasi penyedia sehingga ukuran kinerja yang diindikasikan dicurigai, laporan anggran menekankan pada hasil dan bukan pada alasan, anggaran mengganggu gaya kepemimpinan penyelia, dan anggran cenderung untuk menekan pada kegagalan.
Resistensi
Salah satu alasan utama dari resisensi anggaran adalah bahwa anggaran memadai dan membawa perubahan, sehingga merupakan suatu ancaman terhadap status quo. Selain itu juga, anggaran memerlukan waktu dan perhatian yang besar. Alasan tersebut dapat diatasi dengan mendidik manajer dan penyelia mengenai manfaat yang dapat dipeoleh dari penyusunan anggaran.
Konflik Internal
Konflik internal dapat menciptakan suatu lingkungan kerja yang kompetitif dan bermusuhan. Konflik dapat menyebabkan orang berfokus pada kebutuhan depertemenya sendiri secara eksklusif daripada kebutuhan dari organisasi secara total. Gejala umum dari konflik ini adalah ketidakmampuan untuk mencapai kerjasama antarpribadi dan antarkelompok selama proses penyusunan anggaran. Untuk mengakhiri situasi seperti ini, manajemen harus mengidentifikasikan dan mendiagnosis penyebabnya. Kemudian menghilangkan konflik internal dan mengembalikan hubungan kerja yang harmonis dan produktif dapat dimulai.
Efek Samping Lain yang Tidak Diinginkan
Salah satu dari hal ini adalah terbentuknya kelompok-kelompok informal yang kecil, yang bekerja menentang tujuan dari anggaran. Kelompok ini biasanya dibentuk untuk melawan konflik internal dan tekanan yang diciptaan oleh anggaran tersebut. Tujuan dari mereka adalah untuk mengurangi ketegangan. Tetapi, tujuannya dapat berlawanan dengan tujuan organisasi, dan dampak yang tidak diinginkan dari aktivitas mereka juga berlawanan dengan tujuan mereka yang dimaksudkan sebelumnya yaitu untuk mengurangi ketegangan.
Tekanan anggaran adalah bahaya bagi penyelia yang bertanggung jawab untuk memenuhi target tertentu. Karena penyedia seringkali tidak mampu melimpahkan tanggung jawab kepada bawahan, dan akhirnya melakukan berbagai tindakan yang disfungsional, yang salah satunya adalah mendistorsi proses pengukuran. Efek samping lainnya yang dapat berkembanga adalah penekanan yang berlebihan pada kinerja departemental dan kurang menekanankan pada inerja organisasi secara keseluruhan.
Untuk membuat anggaran berhasil, karyawan harus dibuat untuk menyadari bahwa fungsi anggaran sebagai wahana yang positif untuk opersai organisasi yang mulus.
Aspek keperilakuan pada evaluasi kerja
Sistem evaluasi kerja didisain dalam ukuran tiga unsur dasar: penampilan pribadi, pencapaian tujuan organisasi, dan rasio modal laba. Bawahan dinilai dari penampilan dasar pribadi mereka Faktor penampilan pribdai sangat subyektif karena menuntun oleh hasil managemen sistem. System individu angka di mereka accountabilitie dan penyesuaian dengan menulis sasaran hasil dan aturan penampilan.

Penentuan Sasaran
Penentuan sasaran yang sama untuk semua satuan. Berikut adalah catatan-catatan yang menjelaskan secara lebih detil unsur macam struktur gol dan evaluasi penampilan:
• Penjual seperangkat dan controled dengan pusat laba.
• Pendapatan lainnya mewakili jala memperkirakan bersama-sama berkedudukan pencarian dari penjual aktiva, pendapatan bunga, dan suka, dan bertekad dengan bersama-sama berkedudukan.
• Manufaktur berharga seperangkat dan dikendalikan oleh sistem biaya standar.
• menjual dan penghasilan administratif bertekad oleh ditepatkan rumus kaku dan mengatur, dengan setengah unsur zero-base menganggarkan.
• Menytibution pusat keuntungan salinan kredit untuk manfaat pusat distribusi memberi kepada divisi manufaktur.
• langsung overhead-actual termasuk demikian otem sebagai hutang yang tak terbayar dan sangu perangsang pimpinan, yang determinad dengan pusat laba.
• Bersama-sama berkedudukan merec overhead-allocated termasuk item seperti riset dan pengembangan, iklan, dan langsung bersama-sama berkedudukan pelayanan menuntut
• Operting manfaat mewakili jala item 1 throuht 7 dan digunakan sebagai suatu poin ukuran perangsang untuk pusat manfaat.
• Bersama-sama berkedudukan tidak langsung overhead-allocated terdiri pada dasarnya arus berharga siapa punya keuntungan jangka panjang secara alami
• Pajak bertekad atas dasar memperbaiki rumus, yang menggunakan tarif pajak efektif untuk pusat laba setelah mempertimbangkan semua tetap keuntungan pajak.
• Jala earing represesnt dasar untuk grup dan bersama-sama berkedudukan ukuran perangsang.
• Modal usaha disusun dari aktiva arus sebenarnya dan memperbaiki aktiva pusat laba, kurang alocated arus dan deferend pajak-pajak.
• Laba modal mempekerjakan menghitung oleh membagi modal usaha ke jala earing
• Receivabel hari mudah terlihat maksud ke monitor arus kas dapat diterima dan membujuk meminimalkan modal usaha.
• Pergantian inventaris digunakan sebagai suatu ukuran pengendalian persediaan mencegah inventaris kelebihan build- atas.

Bonus Computations
Bonus manajer bagian determinad di dasarkan pada basis kinerja untuk mencapai dari setiap tiga kunci wilayah hasil pokok. Bawahan tidak berhak atas bonus , pribadi mereka akan tetapi hasil penampilan digunakan oleh mereka apabila memutuskan dan memperbaiki penampilan .
Pelporan Kinerja
Kinerja sebenarnya merupakan pusat manfaat dan berkedudukan sama satuan yang dilaporkan dalam bentuk bulanan pernyataan terdiri dari beberapa bagian dan dari beberapa macam tingkatan:
1. Pernyataan peringatan awal. Pernyataan seperti itu dipersiapkan setiap bulan di dasar kumulatif dengan perbedaan dari tujuan berkibar. Modal laba ditunjukkan sebagai catatan kaki ke dalam earing.
2. Hari dapat diterima mudah terlihat. ransum ini presentd di berdasarkan perbandingan dua tahun dasar cenderung bulanan dengan tahunan yang menunjukan objective.
3. Pergantian inventaris. rasio ini bertekad menggunakan sama mengatur kalau dapat diterima
Definisi dan Tujuan Evaluasi Kerja
Penilaian evaluasi kerja adalah suatu tingkat efektivitas periodik organisasi dalam beroperasi, dan para keryawan dalam mencapai tujuan, standard, dan kriteria. Tujuan utama dari evaluasi kinerja adalah menggerakkan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi dan mematuhi peraturan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, mampu memproduksi dan memperoleh hasil. Standard kelakuan dapat menentukan kebijakan manajer atau rencana resmi untuk menginginkan menggabungkan aksi-aksi atau ide-ide.
Penggunaan Evaluasi Kinerja
Manajer menggunakan evaluasi kinerja dengan beberapa cara. Keuntungan terbesar yang didapat dari penggunaan evaluasi kinerja adalah:
1. Mengatur kegiatan operasi organisasi secara efektif dan secara efisien dengan memaksimalkan pekerja motivasi
2. Membantu dalam mengambil keputusan seperti promosi, pindahkan, dan pembatasan
3. Mengenali khusus latihan dan pengembangan memerlukan dan menyediakan kriteria untuk pilihan dan evaluasi latihan program
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan danl melihat kinerja mereka , dan
5. Menyediakan dasar untuk pemberian hadiah.

Motivasi sebagai alat untuk mempromosikan efisiensi beropersai
Motivasi concerend dengan membujuk orang untuk bertindak khususnya menjalani. teori harapan salah satu motivasi dan penampilan. menurut teori ini adalah, kelakuan dipengaruhi oleh probabilititas, yang mempunyai hubungan sebagai berikut :
1. Usaha perlu mencapai gol. motivasi intrinsik, atau menggabungkan dengan isi dari pekerjaan atau resiko, yang dirangsang ketika tugas dirasai menantang tetapi tidak overwelming.
2. Penampilan dan hadiah. dapat dalam bentuk menaikkan, bonus, pembagian keuntungan, persediaan pilihan, membuka dengan paksa, atau hanya di mengalami kesenangan prestasi.
3. Hadiah sastifying tujuan pribadi. sejak berbeda karyawan punya berbeda gol prioritie, hadiah seragam tidak selalu menggerakkan aqually baik.

Pengaruh Reward Terhadapa Perilaku
Ada tiga bentuk perilaku orang yang bekerja dalam organisasi:
1. Menjawab kelakuan diinginkan dapat membuat sesuatu nyaman ( memuji atau hadiah)
2. Desirabel kelakuan dapat membujuk oleh eliminasi sesuatu tak enak.
3. Hukuman adalah obat untuk memperbaiki kelakuan seseorang. sebagai contoh dari menemukan karena pelanggaran kasar aturan permainan.
Dalam perturan organisasi, cenderung alat untuk membentuk kelakuan diinginkan pengikut diberikan motivasi positif atau hadiah. Hadiah biasanya dapat meningkat kemungkinan untuk tidak mengulangi lagi kelakuan yang tidak diinginkan.
Tipe hadiah dan pertolongan mereka di funcional bujukan kelakuan
Hadiah dapat berupa bentuk intrinsik dan extrinsik . Hadiah intrinsik secara pribadi memuaskan orang itu perasaan axperience untuk pekerjaan welldone dan untuk tujuan mencapai. hadiah intrinsik dapat meningkatan dengan techique seperti peningkatan pekerjaan.
Hadiah tidak penting termasuk langsung, tidak langsung, dan nonfinancial tebusan memberi ke karyawan. langsung tebusan pembayaran untuk upah dasar atau gaji, lembur dan hari libur membayar, pembagian keuntungan, persediaan pilihan, dan tipe lain performance-based bunuse. tidak langsung tebusan menyediakan karyawan dengan jaminan sosial seperti asuransi, liburan membayar, cuti sakit, tanaman pensiun, dan keuntungan lain. nonfinacial reard inclued diinginkan" figuran" seperti lebih suka affoce lokasi, tekuni kantor furnitur, menugaskan angkasa parkir, mengesankan judul, dan pribadi secretatie. jika nonfinancial hadiah memuaskan pribadi memerlukan, kemudian mereka akan [merasa hadiah pemberitahuan dan sediakan penggerak untuk menginginkan kelakuan.

Segi Tingkah Laku dengan Langkah Evaluasi Kinerja
Berikut langkah digunakan dalam mengukur dan mengevaluasi kinerja.
• Definisikan bagian dan aktifitas untuk; dikendalikan dan individu berasosiasi dengan mereka
• Seperangkat kriteria penampilan untuk setiap organisai bagian dan kegiatan.
• Ukuran kinerja yang sebenarnya
• Langkah evaluasi kinerja
• Perbandingan kinerja yang sebenarnya dengan mengantisipasi tujuan.
• Bertekad dalam beroperasi dan tingkah laku menyebabkan dari perbedaan kurang baik.
• Memperkuat keinginan dan bertindaklah untuk mencegah teulangnya kejadian yang tidak diinginkan dari perilaku karyawan yang kurang baik.

BAB 13
Aspek Keperilakuan Pada Audit Internal
Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Selain itu auditor internal juga berkaitan dengan standar-standar yang biasanya dikembangkan oleh bagian lain dengan memastikan kepatuhan terhadap prosedur, undang-undang serta praktik-praktik yang ekonomis dan operasi yang efisien serta penetapan standar-standar operasional untuk pencapaian efektifitas.
Dapat disimpulkan bahwa Audit Internal mengefaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang dan dengan demikian, terdapat hubungan pribadi antara orang yang melakukan evaluasi dengan orang yang dievaluasi dan dengan para auditor. Oleh karena itu dalam bab ini telah ditelaah sejumlah aktivitas interpersonal yang dapat menilai hubungan positif dan dapat diharapkan untuk berhasil dalam praktek audit internal.
Motivasi Pihak yang Diaudit
Dalam teori motivasi, dikenali dengan apa yang disebut dengan 5 kebutuhan pokok maslow, dua dari kebutuhan pokok tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal sehingga dapat melayani auditor internal secara baik.
Kebutuhan menjadi bagian dari organisasi
Para auditor diminta untuk mendekati pihak pihak yang diaudit dengan bhasa yang memperkuat kebutuhan ini engan potensi penyelesaian serta dengan memercayai phak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.
Menghormati diri sendiri dan orang lain
Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerjasama dengan staf audit imtuk mengidentifikasikan bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif. Aspek terpenting disini adalah bahwa auditor mengidentifikasikan tindakan-tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bgian dari usaha audit.

Hubungan dengan Gaya Manajemen
Terdapat 4 gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum, yaitu :
1. Gaya mengarahkan
2. Gaya melatih
3. Gaya mendukung
4. Gaya mendelegasikan
Masing-masing gaya manajemen tersebut mempunyai perbedaan yang luas dan semuanya mencerminkan filosofi serta pendekatan manajemen terhadap para manajer. Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari pihak yang diaudit akan menyebabkan audit menjadi tidak populer dan menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam perolehan bantuan serta kerjasama secara sukarela.
Auditor seharusnya mencoba untuk bekerjasama dengan seluruh manajemen dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan berulang dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa auditor berada di pihak mereka. Oleh karena itu kejujuran dalam berdiskusi dapat meyakinkan manajemen bahwa tujuan audit adalah untuk mengembnagkan desain guna membnatu memperbaiki operasi, selain itu dibutuhkan suatu pola perilaku audit yang dapat mewujudkan hubungan dengan manajemen karyawan yang bergaya pelatih.
Perubahan manajemen
Ilmu sosial mengidentifikasikan sejumlah alasan mengapa orang tidak menginginkan perubahan metode operasi mereka namun terdapat 3 hal yang mungkin merupakan faktor terpenting yang menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan :
1. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa oleh perubahan tersebut
2. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun vertikal
3. Aspek ego, bahwa dengan adanya perubahan maka metode sekarang dianggap tidak efisien atau tidak layak.
Saran berikutnya yang juga akan membantu menyelesaikan masalah penting kedua adalah aktivitas birokrasi yang penting untuk mengakomodasi perubahan. Beberapa pendekatan yang dapat diambil antara lain :
1. Auditor internal seharusnya melihat perubahan audit dengan cara pandang manajer
2. Konsep auditor terhadap pengendalian seharusnya sejauh mungkin menyerupai konsep-konsep manajamen
3. Auditor harusnya mengutamakan suatu pendekatan artisipatif
4. Audit seharusnya menjdi suatu audit yang seimbang tidak sebagai suatu yang menghakimi
5. Auditor seharusnya melengkapi kegagalan dari suatu pendekatan manajemen
6. Auditor
Pengelolaan Konflik
Dalam hal perubahan, konflik merupakan suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (chambers et al.,1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat kita lihat dalam hal :
• Lingkup
• Tujuan
• Tanggung jawab
• Nilai
Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis profesional yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik, dan hilangnya nilai-nilai profesionalisme akan muncul. Oleh karena itu sikap yang dimunculkan oleh satu atau beberapa orang profesional yang mempertahankan nilai-nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Konflik akan munculketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang yang memegang teguh nilai-nilai profesionalismenya sementara sebagian lainnya tidak dan bahkan cenderung untuk menghilangkan nilai-nilai tersebut. Berikut terdapat 4 metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik :
1. Arbitrasi
2. Mediasi
3. Kompromi
4. Langsung
Masalah-masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai aftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut merupakan perilaku langsung dan kemungkinan dapat dimanafaatkan untuk semua hubungan singkat perusahaan, yaitu meliputi :
1. Ingat bahwa terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu.
2. Pengaruh terbesar terhadap perasaan-perasaan dan emosi seharusnya juga dipertimbangkan
3. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan
4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan
5. Pengaruh ari berbagai situasi operasional sebagai suatu variasi akhir

Karakteristik Umum Individu
Pada umumnya, sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang diaudit meliputi :
1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna
2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain
4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur
6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan dengan dikritik
7. Mencari kepusan diri sendiri
8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik
10. Menjadi bagian dari tim yang sukses
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri
13. Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang


Kesadaran pada Diri Sendiri
Dalam suatu situasi di mana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana yang terdapat di dalam audit internal, adalah hal penting untuk menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Ratcliff et al,1998). Elemen-elemen utama dari aspek terpenting kondisi ini adalah :
1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam berhubungan secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi
2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja
3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki seseorang, di mana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas
4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain
5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang
6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis

Komunikasi Secara Efektif
Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan tertulis. Bahasa yang menggunakan aksioma seharusnya jelas, ringkas, bebas
Akronim, dalam struktur gramatikal yang baik, dan mengungkapakan isi dalam aturan sederhana yang logis. Hal-hal ini merupakan aspek pokok mekanis komunikasi. Tetapi, terdapat unsur-unsur yang dipersentasikan, baik secara lisan maupun tulisan, yang dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik. Beberapa dari hal ini adalah :
• Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen
• Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-kesalahan kerja dari pihak yang diaudit
• Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau tertulis
• Ketika memberikan saran, pertimbangan sifat ego pihak yang diaudit, sebab hal ini berimplikasi pada anggapan mereka
• Mengizinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan-perubahan dalam bahasa laporan sepanjang tidak mengubah substansinya
• Jangan beragumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari fakta dan tidak bertindak sebagai seorang penasihat yang berhubungan dengan moral
• Menjaga laporan dan memberikan keadilan
• Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari pertemuannya
• Mengizinkan pihak yang di audit, sepanjang proses penyusunan laporan untuk mengungkapkan pendapat
• Sopan dengan seluruh tingkatan staf pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat
• Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit
• Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit

Tiga jenis pokok dari banyaknya oposisi :
• Suatu indikasi yang menunjukkan kurang pentingnya audit
• Pihak yang diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional, misalnya saja catatan-catatan tidak tersedia
• Pihak yang diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau setelah audit, dan operasi terus dijalankan seperti sebelumnya

Pelaksanaan Audit Partisipatif
Pada dasarnya, auditor merupakan usaha kerjasama antar auditor dan puhak yang diaudit. Elemen-elemen keperilakuan terebut meliputi :
 Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan diaudit
 Bangun suatu pendekatan kerjasama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai :
o Pemrograman audit
o Pelaksanaan audit
 Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
 Dapatkan persetujuan atas sisi laporan
 Memasukkan informasi nyata pada laporan audit

Penggunaan pengetahuan keperilakuan dalam audit
Para penulis percaya bahwa auditor internal sangat memahami organisasi mereka sebagai akibat dari kedekatan mereka dengan para karyawan organisasi, yang memungkinkan mereka untuk mengevaluasi buti-bukti secara verbal dan visual yang berhubungan dengan sikap dan perilaku secara lebih efektif. Secara umum penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari berbagai hal berikut :
1. Kondisi, pada umumnya kualitas dari struktur pengendalian internal
2. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk etika dan kejujuran atau sebaliknya
3. Sikap atau dasar karateristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan
Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya organisasi. Porter et al. (1985) dikatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi, unsur-unsurnya tercermin antara lain dalam :
1. Komitmen karyawan
2. Kualitas pelatihan dan pengembnagan staf
3. Identitas perusahaan seperti kebijakan
4. Pembuatan keputusan
5. Fokus manajemen.
Oleh karena itu suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan-laporan audit dapat diterima dan diimplementasikan
Konsep Keperilakuan dari Psiologi dan Psikologi Sosial – Part 1
1. SIKAP
Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi seseorang.
Komponen Sikap
Sikap disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap. Ketiga komponen sikap:
Pengertian (cognition),
pengaruh (affect), dan
perilaku (behavior).
Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
Fungsi Sikap
Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi.
Sikap dan Konsistensi
Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.


Formasi Sikap dan Perubahan
Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman yang menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.
NILAI
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan.
Arti Penting Nilai
Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi sikap manusia.seseorang memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya.
Nilai dan Dilema Etika
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar.
Ihksan menambahkan cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.
RISET EMPIRIS SIKAP
Teori Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.

Teori Pertimbangan Sosial
Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman.
Konsistensi dan Teori Perselisihan
Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi.
Teori Disonansi Kognitif
Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam disonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku.

2. Motivasi

Teori motivasi

Teori ini memiliki pengaruh terhadap kedua jenis perilaku. Asumsi terpenting dari bentuk teori Harzberg adalah faktor yang mempnyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif.

Faktor-faktor ini meliputi:
kebijakan perusahaan
kondisi pekerjaan
hbungan perseorangan
keamanan kerja dan gaji.

Faktor motivasi meliputi:
prestasi
pengakuan
tantangan pekerjan
promosi
tanggung jawab
Semua ini bertujuan untuk menungkatkan kepuasan kerja dan kepuasan motivasi.
Selain itu, Haezberg juga menjelaskan bahwa hasil riset yang dilakukannya terhadap 200 responden yang terdiri atas akuntan dan insinyur menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang terkait dengan kepuasan dan motivasi, ke dua faktor tersebut yaitu :

1. sejumlah kondisi kerja ekstrinsik, kondisi ini disebut dengan faktor ketidak puasan atau faktor higiene karena kondisi atau faktor-faktor tersebut minimal dibutuhkan untuk menjaga agar ketidak puasan tidak terjadi
2. sejumlah kondisi kerja instrinsik

TEORI KEBUTUHAN DAN KEPUASAN

Teori ini menjelaskan bahwa masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka Teori kebutuhan ini pada praktisnya merupakan bagian-bagian dari teori kebutuhan psikologis yang akan didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan lain jika tidak dijumpai. Secara psikologis, kebutuhan merupakan syarat dasar untuk memenuhi kebutuhan fisik, seperti makan, minum, perlindungan, dan sebagainya, yang disebut dengan kebutuhan dsar utama (primary basic need).

Terdapat 5 hierarki kebutuhan manusia yang telah dijabarkan oleh maslow yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis
2. kebutuhan akan keamanan
3. kebutuhan social
4. kebutuhan akan penghargaan
5. kebutuhan akan aktualisasi diri

TEORI HARAPAN

Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide asra dari teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan dieroleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah :

Usaha (effort)
Hasil (income)
Harapan (expectancy)

Instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat kedua, hubungan antara hasil tingkat pertama dan hasil tingkat kedua, hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kadar kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.





Teori prestasi

Teori ini dugunakan untuk menjawab permasalahan yang berhubungan dengan teori kebutuhan dan kepuasan yang memiliki suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Yaitu terdapat 3 faktor :

1. prestasi
2. kekuatan
3. afiliasi
yang didalamnya terdapat banyak kekakuan.

Menurut riset yang dilakukan oleh Mclellend memberikan hasil bahwa terdapat tiga karakteristik dari orang yang memilki kebutuhan prestasi yang tinggi dan dalam riset tersebut Mclellend menemikan bahwa uang tidak begitu penting peanannya dalam meningkatkan prestasi kerja bagi mereka yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi. Orang yang memilki kebutuhan orestasi yang rendah tidak akan berprestasi baik dengan maupun tanpa insentif keuangan.

Teori keadilan

Dalam teori keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalh jika orang tersebut membadingkannya dengan lingkungan lainnya. Teori keadilan secara umum merupakan bentuk dasar dari konsep hubungan pertukaran sosial.

Ketidak adilan dibagi menjadi dua bentuk dan keduanya diakibatkan dari peran motivasi yang merugikan satu sma lain. Teori ini menggambarkan kenyataan bahwa pembayaran-pembayaran relatif tidak mutlak menjadi perhitungan yang mempunyai pengaruh kuat.

Teori ERG

Teori ERG (existence, relatedness, growth) menganggap bahwa kebutuhan manusia memiliki 3 hierarki kebutuhan yaitu :

1. kebutuhan akan eksistensi
2. kebutuhan akan keterikatan
3. kebutuhan akan pertumbuhan

teori ERG mengandung suatu dimensi frustasi-regresi. Frustasi (halangan)dapat mendorong ke suatu kemunduran yang lebih rendah.

Teori ERG lebih konsisten dengan pengetahuan kita mengenai perbedaan individual di antara orang-orang. Secara keseluruhan teori ERG menyatakan suatu versi yang lebih valid dibandingkan dengan hierarki kebutuhan.
Teori Motivasi dan Aplikasinya
Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi. Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.
Teori Motivasi Awal
Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini adalah teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena: 1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer berkembang, dan 2) para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.

RISET EMPIRIS DAN MOTIVASI

Konstruk kepuasan kerja yang digunakan mengacu pada teori motivasi dari maslow yang dikembangkan ke dalam kepuasan kerja oleh porter berdasarkan kategori sekuriti, self actualization, social, autonomy dan esteem, serta tambahan kategori non specific need yaitu compensation.

Ivancevinch dan atrawser menambahkan riset tersebut dengan membandingkannya pada akuntan lain. Mereka mengoperasikan akuntan publik dengan akuntan pada posisi manajer dari berbagai industri dan subjek yang diteliti.

Metode

Subjek merupakan akuntan publik dengan pembagian hierarki level puncak dan menengah pada KAP besar. Pada studi pertama, data sepenuhnya berasal dari akuntan publik yang berada di KAP pada studi kedua, data akuntan manajer untuk studi kedua diambil dari hasil studi porter (1962).

Studi Mitchell dan Moudgill

Sama halnya dengan studi strawser dan koleganya yang melakukan identifikasi terhadap hierarki kebutuhan tetapi mereka melengkapinya dengan studi asisiasi. Instrumen pengukuran tersusun atas24 item sebagai hasil pengembangan dan diskusi panel 3 kelompok ahli dengan anggota masing-masing 3 orang per kelompok.

Studi harrel dan stahl

Harrel dan stahl memandang bahwa meskipun literatur menyarankan perlunya mempertimbnagkan oientasi terhadap lingkungan kerja, tidak ada riset yang secara tegas mengkaji hubungan antar need for affiliation dan need for power dengan kepuasan kerja.
Dalam perkembangan hipotesisnya, harrel dan stahl menggunakan faktor ”kemampuan individu dalam mengatasi lingkungan” sebagai proksi bagi needs for power.

Hipotesis

Harrel dan stahl memandang bahwa individu yang menunjukkan kemampuan untuk megatasi lingkungan organisasi cenderung untuk tetap berada lebih lama dalam organisasi. Individu tersebut sangat mungkin untuk mengalami kepuasan kerja yang tinggi. Karenanya, power needs akuntan profesional memiliki hubungan positif dengan tingkat kepuasan kerja.

Dalam kaitannya dengan kepuasan kerja, 2 hipotesis yamg diajukan :

H1: need for affiliaction partner atau manajer berhubungan negatif dengan kepuasan kerja
H2: need for power partner atau manajer berhubungan positif dengan kepuasan kerja.

Minggu, 25 April 2010

ETIKA BISNIS

PERILAKU ETIS pada PROFESI AKUNTAN :
Apa yang etis ?
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan kebaikan atau moralitas dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai baik atu buruk Oleh karena itu,perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya.Memang harus diakui kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan maksimal untuk para shareholders-nya.
beberapa perilaku etis pada profesi akuntansi, yaitu :
Perilaku yang bermanfaat : seseorang yg mau memberikan pertimbangan yg terbaik u kepentingan org byk pada beberapa pilihan yg telah dprioritaskan.
Perilaku deontologis : seseorang yg memberikan pertimbangan & memilihnya pada segi kewajaran sesuai dgn konsekwensi pada setiap perilaku.
Perilaku egois : seseorang yg hanya memberikan yg terbaik u dirinya & kepentigannya pribadi, tanpa mempedulikan prioritas keadilan.
Mengapa etika profesi dalam profesi akuntan terasa sangat penting saat ini? Karena untuk membentuk suatu profesi akuntan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen. Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika profesi akuntan akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena :
Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan yang tidak etis, bagi profesi akuntan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai profesi akuntan. Sedangkan profesi akuntan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya akuntan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila akuntantidak mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. akuntan yang berkualitas adalah aset yang paling. berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan
10 Prinsip di dalam menerapkan Etika Bisnis dan Profesi yang positif:
Etika Profesi itu dibangun berdasarkan etika pribadi: Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.
Etika Profesi itu berdasarkan pada fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
Etika Profesi itu membutuhkan integritas. Integritas merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen.
Etika Profesi itu membutuhkan kejujuran. Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan menyembunyika cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
Etika Profesi itu harus dapat dipercayai. Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder Anda.
Etika Profesi itu membutuhkan perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
Etika Profesi itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.
Etika Profesi itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
Etika Profesi itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
Etika Profesi itu dimulai dari pimpinan. Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika profesi merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidak puas, rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang

Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah laku salah dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan.
PERILAKU ETIS pada PROFESI AKUNTAN :
Teori – teori etika
Beberapa permasalahan fakta dapat menjelaskan sifat dari teori-teori yang etis.Teori – teori etis pada persaingan saat ini menuntut untuk menyediakan sebuah prinsip dasar yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah.
Teori etika, kemudian, menentukan suatu prinsip yang menyediakan penolakan/pembenaran dalam pemberian alasan untuk mengikuti setiap perilaku.
TEORI - TEORI ETIKA
beberapa perilaku etis pada profesi akuntansi, yaitu :
Perilaku yang bermanfaat : seseorang yg mau memberikan pertimbangan yg terbaik u kepentingan org byk pada beberapa pilihan yg telah dprioritaskan.
Perilaku deontologis : seseorang yg memberikan pertimbangan & memilihnya pada segi kewajaran sesuai dgn konsekwensi pada setiap perilaku.
Perilaku egois : seseorang yg hanya memberikan yg terbaik u dirinya & kepentigannya pribadi, tanpa mempedulikan prioritas keadilan.

Egois

Pada dasarnya setiap orang mempunyai perilaku egois, sesorang yang mempunyai sifat egois yaitu selalu bertindak untuk dirinya sendiri dan menarik perhatian kepada banyak orang.
Tetapi kenyataanya pula setiap orang mengatakan bahwa perilaku egois merupakan perilaku yang tidak etis.
Sebenarnya perilaku egois termasuk perilaku etis ataukah tidak?
Bagaimana mungkin egoisme merupakan suatu perilaku etis? Mayoritas seseorang pasti akan membantah bahwa sebenarnya egoisme bukan perilaku etis. Dan akan membuktikan kebenarannya.
Ketika seseorang berasumsi bahwa semua manusia berperilaku egois, itu mempengaruhi pandangan mereka dari apa yang bisa diterima dan bukan bisa diterima dalam hidup, sebab percuma untuk menentang sifat keegoisan seseorang , sama halnya dengan berharap untuk melempar dengan terbang.
Ahli ekonomi menganggap bahwa sebenarnya egoisme merupakan perilaku dalam suatu bisnis yang tidak etis dan bisnis adalah suatu aktivitas di sistem ekonomi kita/kami merancang kemudahan di sekitar egoisme, orang-orang sering mengaku etika bisnis sebagai suatu oxymoron, suatu/sebuah pertentangan di terminologi.
Dari perspektif tersebut bukan mustahil,jika untuk mengirakan bisnis sebagai hal yang etis. Dimaksud Etis jika bisnis yang dilakukan berarti untuk mengorbankan kepentingan diri seseorang akan bisnis yang tidak baik, kecuali jika dipengaruhi oleh ekonomi, mengajar dan mempromosikan kepentingan diri.

UTILITARIANISME :

perilaku yg benar dmn pd proporsi ketika mereka cenderung mempromosikan kebahagiaan terbesar u kepentingan masykt. Utilitariansm berbeda dari egoisme karena adanya konsekwensi yg bermanfaat u menilai perilaku yg tdk hy u bbrp org tp meliputi konsekwensi u semua orang terkait dengan setiap perilaku. Para penganut utilitarianisme setuju dengan sensibilitas dibandingkan egoisme, dan mencerminkan apa yang kita lakukan dan juga sering ketika kita memberi alasan untuk membenarkan suatu tindakan atau mempraktekkan. Melakukan sesuatu untuk membuat diri kita bahagia adalah perilaku yang bisa diterima kecuali jika dalam pelaksanaannya, kita membuat orang lain sedih. Suatu yang hakiki apabila sesuatu yang diinginkan tersebut yaitu sesuatu yang diinginkan sendiri, sedangkan sesuatu yang disebabkan oleh factor ekstern akan mendorong kearah perolehan sebagai penolong. Uang adalah suatu contoh dari sesuatu yang disebabkan oleh faktor ekstern.

KANT DAN DEONTOLOGY
Menurut Kant, manusia terlalu mempunyai kecenderungan yg mengejar berbgai hal keinginan mereka sprit :
skecenderungan psikologis untuk berbagai hal dan kecenderungan u mengejar tujuan.
Tetapi mereka mempunyai dua kemampuan lain pertama adalah mampu memilih jalan menuju keberhasilan tujuan, kedua adalah kebebasan u menyisihkan tujuan dari kecenderungan dan memainkan peranan suatu alasan yang lebih tinggi.
Mereka mempunyai kecenderungan yang psikologis untuk berbagai hal dan kecenderungan-kecenderungan untuk mengejar tujuan.
Tetapi mereka mempunyai dua kemampuan lain yang tidak dimiliki seperti kemanpuan yang dimilki binatang, pertama adalah mampu memilih jalan menuju keberhasilan tujuan, dan yang kedua adalah kebebasan untuk menyisihkan tujuan dari kecenderungan-kecenderungan dan memainkan peranan suatu alasan yang lebih tinggi.
Mampu memilih alat alternatif untuk suatu tujuan, tetapi bukan dengan sungguh-sungguh. Berbeda dari binatang-binatang lainnya. Sebuah berang-berang mempunyai suatu kecenderungan untuk makanan dan berteduh, namun memperlengkapi secara alami dengan bakatnya untuk mengunyah, menyalak dan membangun induk untuk memenuhi kecenderungan yang terjadi. Manusia-Manusia, sungguhpun mereka mempunyai suatu kecenderungan untuk makan dan berteduh, makna yang berbeda untuk menuju keberhasilan bahwa ; mereka dapat membangun sengkuap-sengkuap, menggali gua-gua, membangun rumah, mencari ikan, menanam tanaman panenan, dll. Mereka mempunyai aneka pilihan tentang bagaimana cara memenuhi kecenderungan-kecenderungan mereka. Yang kedua perbedaan antara manusia-manusia dan binatang yakni manusia-manusia dapat bertindak melawan terhadap kecenderungan-kecenderungan mereka demi tugas,

ETIKA DEONTOLOGI
Ketika kita membuat dasar-dasar keputusan yg berkwalitas yg menentukan kebaikan atau keburukan adalah apakah tujuan dalam memenuhi keputusan-keputusan.
Hal yang bijaksana melakukan untuk berjalan sepanjang langkah-langkah Arti dari peribahasa tersebut sesuai dengan bab yang kita bicarakan yaitu tentang keuntungan-keuntungan etis di dunia bisnis. Jika kita katakan kita harus etis karena itu memenuhi apa yang kita inginkan, kemudian kita berkata itu adalah perilaku yang bijaksana untuk etika.
Rumusan yang pertama untuk category sangat mendesak adalah:
Bertindak sedemikian sehingga dapat mengibaratkan tindakan mu untuk menjadi sebuah hukum yang universal. Kebutuhan Ini menjelaskan. Suatu/sebuah pengibaratan adalah memberikan alasan untuk bertindak.
Contoh : Mengira anda meminjam beberapa uang dari seorang teman. Ketika datang waktu untuk membayar kembali anda tidak mempunyai uang. Anda kemudian memutuskan bukan untuk membayar kembali, walaupun teman anda perlu uang itu. Sebab anda tidak ingin meminjam dari sebuah bank, dan anda tahu bahwa teman anda tidak akan memaksa anda. Hal seperti itulah yang memberikan alasan kepada anda untuk tidak membayar uang pinjaman tersebut.adalah, yang nantinya akan, merepotkan anda untuk membayar kembali uang pinjaman tersebut.
Bertindak sehingga ketika tidak pernah untuk melakukan hal lain yang tidak masuk akal. Berdasar pada pandangan, semua orang adalah sama dan hendaknya diperlakukan dengan menghormati dan martabat. Mereka hendaknya menghormati dan tak seorangpun hendaknya menggunakan sebagai alat untuk menyempurnakan konsekwensi-konsekwensi bermanfaat bagi pemakai. Ini adalah deontologikal memenuhi penganut permasalahan utilitarian dalam makna yang gelap. Penganut permasalahan utilitarian tidak dapat dipertimbangkan untuk digunakan seseorang atau memanfaatkan seseorang untuk membuat masyarakat lebih baik.


deontologikal : pandangan semua orang sama dan hendaknya diperlakukan dengan menghormati dan martabat dan tak seorangpun hendaknya menggunakan sebagai alat untuk menyempurnakan konsekwensi2 bermanfaat bagi pemakai

ETIKA KEBAIKAN
Setelah menguji bermanfaat dan deontological perspektif, kita harus memutar perhatian untuk satu lagi pendekatan untuk etika.Yaitu etika dari kebaikan karakter. Etika tersebut menyiratkan pertanyaan bukan dari perlu melakukannya banyak pertanyaan. Seperti apa macam kegemaran akan kesenian seseorang? Perilaku apa yang baik bagi pelaku bisnis, atau perbuatan apa yang baik untuk kepentingan banyak orang ?
Akuntan mempunyai tujuan untuk menjawab ketika sesungguhnya mungkin dan akan sempurna bagi para akuntan jika mereka memenuhi tujuan. Tetapi, karena mereka adalah lebih dari seorang akuntan, maka mereka mempunyai tujuan lain yang memerlukan sebagian sama dan beberapa berbeda, dan barangkali berlawanan, kebaikan. Yang mana dari kegemaran akan kesenian ini para akuntan diserukan untuk mengembangkan atau menggunakan menjadi suatu pertanyaan yang penting
KODE ETIK AKUNTAN
Kode Etik Ikatan Akuntan diciptakan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi :
Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika
3. Interpretasi Aturan Etika.
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PRINSIP ETlKA PROFESI IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum clan peraturan.
2. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.

Prinsip Pertama - Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sarna dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

Prinsip Kedua - Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

1. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepacla obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
2. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
4. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
5. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
6. Tanggung-jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan publik, misalnya:

Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal;
Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi;
Auditor intern memberikan keyakinan ten tang sistem pengendalian internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar.
Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil dari sistem pajak; dan
Konsultan manajemen mempunyai tanggung-jawab terhadap kepentingan umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

Prinsip Ketiga – Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

1. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
2. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
3. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
4. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian profesional.

Prinsip Keempat – Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya,

1. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
2. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
3. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor berikut:

a. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu obyektivitasnya.
b. Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.
c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.
d. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terilbat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

Prinsip Kelima - Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

1. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, derni kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung-jawab profesi kepada publik.

2. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogyanya tidak menggambarkan dirinya mernilki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung-jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah:


a. Pencapaian Kompetensi Profesional.
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui kornitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

3. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung-jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung-jawab yang harus dipenuhinya.

4. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.


5. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung-jawabnya.

Prinsip Keenam – Kerahasiaan

Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
1. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
2. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.
3. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.
4. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi terse but untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.
5. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia ten tang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab anggota berdasarkan standar profesional.
6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.

Prinsip Ketujuh - Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi hams dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

Prinsip Kedelapan - Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar profesional yang hams ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.


ATURAN ETIKA

1. Integritas, obyektivitas, Independensi
Aturan etika ini memberikan pedoman bagi anggota untuk mempertahankan sikap mental yang independen dalam menjalankan tugas profesionalnya. Selain itu anggota juga harus mempertahankan integritas dan obyektifitasnya dengan antara lain menghindari benturan kepentingan dalam menjalankan tugasnya.
2. standar umum dan prinsip akuntasi
Aturan ini mengharuskan anggota untuk mematuhi berbagai standar dan interpretasinya yang ditetapkan oleh IAI, sehingga dalam hal ini disebutkan kepatuhan atas standar umum, kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
3. Tanggung jawab pada klien
Dalam bagian ini diatur tentang informasi klien yang rahasia dan fee profesional (besaran fee dan fee kontinjen)
4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Dalam hal ini anggota harus memperhatikan tanggung jawab kepada rekan seprofesi, komunikasi antar akuntan publik dan perikatan atestasi.
5. Tanggungjawab dan praktik lain
Aturan ini memberikan pedoman yang menyangkut : (a) penghindaran atas perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan profesi, (b) iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya, (c) komisi dan fee referral, serta (d) bentuk organisasi dan KAP.

Prinsip Kode Etik Akuntansi
Para akuntan mempunyai suatu tanggung jawab untuk menyajikan atau menopang dalam mempresentasikan kebanyakan dengan sesuai kenyataannya dan gambaran keuangan akurat yang mungkin menyangkut organisasi yang mereka adalah melukiskan, atau, sebagai auditor, suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi para akuntan lain membayangkan dan menjadi bukti keadaan yang sebenarnya dan ketelitian mereka. Sejak salah satu dari kewajiban yang etis yang paling jelas adalah dalam keadaan sama, kelakuan pekerjaan seseorang sejak tindakan diterimanya adalah suatu pekerjaan memerlukan suatu janji ke lakuan pekerjaan itu, dan janji harus dijaga, menyediakan atau menegaskan gambaran keuangan akurat untuk organisasi adalah suatu pertanggungjawaban akuntansi dasar. Profesi akuntansi telah mengembangkan berbagai kode etika yang menetapkan standard untuk para akuntan jalan/cara hendaknya bertindak dan, paling terpenting, dipandang dari sudut peristiwa seperti kegagalan enron yang mana memerlukan lebih dari sekedar mempertahankan surat dari hukum.
Ada enam kode jalan yang bermanfaat :
1. Suatu kode dapat memotivasi melalui/sampai penggunaan tekanan panutan, dengan menunda suatu yang dikenali satuan harapan tingkah laku yang harus dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan.
2. Suatu kode dapat menyediakan pemandu permanen lebih stabil untuk bagaimanapun juga dibanding melakukan kepribadian manusia atau keputusan khusus untuk suatu maksud berkesinambungan.
3. Kode dapat menyediakan bimbingan, terutama di dalam situasi rancu.
4. Kode tidak hanya dapat memandu perilaku karyawan, mereka dapat juga mengendalikan kuasa pemberi kerja yang otokratis.
5. Kode dapat membantu menetapkan tanggung jawab sosial bisnis dirinya sendiri.
6. Kode dengan jelas demi kepentingan bisnis dirinya sendiri, karena jika bisnis tidak menjaga ketertiban diri mereka secara etis, yang lain akan melakukannya untuknya.

Yang diberi kegunaan kode, kita mengusulkan untuk memperhatikan kode etika akuntansi yang spesifik untuk menguji apa yang mereka katakan adalah perilaku sesuai untuk para akuntan. Ada dua kode utama untuk profesi akuntansi di Amerika Serikat- the code of professional conduct of the american institute of certified public accountants, yang diadopsi dalam format sekarang di tahun 1973 dan dengan mantap yang ditinjau kembali di tahun 1988, and standards of ethical conduct for practitioners of management accounting and financial management, mengadopsi di bulan april 1997.

KODE AICPA
Kode AICPA adalah terdiri atas dua bagian perlakuan prinsip dan yang kedua perlakuan aturan itu. Kode AICPA mulai dengan detil lingkup dan tujuan dari kode menetapkan tiga daerah pemilihan untuk siapa para akuntan mempunyai tanggapan terhadap publik, klien, dan para rekan kerja. Keheningan, sesungguhnya orang banyak/masyarakat akuntan yang adalah auditing mempunyai suatu tanggung jawab utama kepada orang banyak/masyarakat, akuntan mempunyai tanggapan ke unsur lain.

PRINSIP
Prinsip dari code......express pengenalan profesi tentang tanggungjawabnya kepada orang banyak/masyarakat, ke klien, dan ke para rekan kerja.
ada enam prinsip :
1. Di dalam menyelesaikan tanggungjawab mereka sebagai para profesional, anggota perlu latihan pertimbangan moral dan profesional sensitip dalam semua aktivitas mereka.
2. Anggota perlu menerima kewajiban untuk bertindak dengan cara taht akan melayani orang banyak/masyarakat menarik perhatian, menghormati orang banyak/masyarakat percaya, dan mempertunjukkan kesanggupan untuk profesionalisme.
3. Untuk memelihara dan meluaskan kepercayaan publik, anggota perlu melaksanakan semua tanggungjawab profesional dengan pengertian integritas yang paling tinggi.
4. Suatu anggota perlu memelihara obyektifitas dan bebas konflik kepentingan di dalam memecat profesional tanggung-jawab.
5. Suatu anggota perlu mengamati profesi yang teknis dan standard etis, bekerja keras secara terus menerus untuk meningkatkan comprence dan mutu sevices, dan membebaskan/memecat tanggung jawab profesional sejauh kemampuan anggota.
6. Suatu anggota di dalam praktek publik perlu mengamati prinsip dari kode profesional melakukan di dalam menentukan alam dan lingkup sevices untukmenjadi disajikan.

Prinsip I. Tanggung Jawab
Di dalam carraying ke luar tanggung-jawab mereka sebagai para profesional, anggota perlu latihan pertimbangan moral dan profesional sensitip dalam semua aktivitas mereka.

Prinsip II. Menarik Dalam Melayani Masyarakat
Anggota perlu menerima kewajiban untuk bertindak dengan cara yang akan melayani orang banyak/masyarakat menarik perhatian, menghormati orang banyak/masyarakat percaya, dan mempertunjukkan kesanggupan untuk profesionalisme.

Prinsip III. Kejujuran
Untuk memelihara dan meluaskan kepercayaan publik, anggota perlu melaksanakan semua tanggungjawab profesional dengan pengertian integritas yang paling tinggi.

Prinsip IV. Obyektivitas Dan Kebebasan
Suatu anggota perlu memelihara obyektifitas dan bebas konflik kepentingan di dalam pemecatan tanggungjawab profesional. Suatu anggota di dalam praktek publik harus mandiri sesungguhnya dan penampilan ketika auditing yang menyediakan dan jasa opini lain.

Prinsip V. Kepedulian
Suatu anggota perlu mengamati profesi yang teknis dan standard etis, bekerja keras secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan/ wewenang dan mutu jasa, dan membebaskan/memecat tanggung jawab profesional sejauh kemampuan anggota.

Prinsip VI. Alami dan Lingkup Jasa
Prinsip akhir dari kode negara: suatu anggota di dalam praktek publik perlu mengamati prinsip dari kode profesional melakukan di dalam menentukan alami dan lingkup jasa untuk disajikan.
Kode Etik Aturan Akuntansi
Berikut ucapan/kabar dari prinsip menyangkut kode etika, kode AICPA kembangkan suatu bagian atas aturan:" anggaran rumah tangga dari institut akuntan public terdaftar pada Amerika memerlukan anggota itu bertahan pada ketentuan-ketentuan kode profesional. Bagian aturan dari kode dipecah ke dalam lima bagian:
1. Kemerdekaan, obyektifitas dan integritas
2. Ukuran umum, prinsip-prinsip akuntansi
3. Tanggungjawab ke klien
4. Tanggungjawab ke para rekan kerja
5. Tanggungjawab lain dan praktek
Dalam banyak kasus, aturan diikuti oleh penafsiran menyangkut aturan yang mana menunjuk kemampuan menerima dari jenis spesifik aktivitas. di dalam bab ini kita akan menyebut satu persatu ketentuan-ketentuan kode ( seseorang yang mengharapkan untuk menguji keseluruhan kode dapat memperolehnya dengan menghubungi the AICPA at www.aicpa.org).
Bagian 100
Aturan kemerdekaan ( aturan 101): aturan yang mengatur kemerdekaan membaca: suatu anggota di dalam praktek publik akan mandiri di dalam pencapaian jasa profesional ketika diperlukan oleh standard yang diumumkan resmi oleh badan yang ditunjuk oleh dewan. Kemerdekaan akan dianggap lemah jika, sebagai contoh, suatu anggota mempunyai transaksi berikut , minat, atau hubungan:
A. sepanjang periode suatu perikatan profesional atau pada ketika dalam pernyataan adalah suatu pendapat, suatu anggota atau suatu perusahaan anggota
1. Mempunyai atau merasa terikat dengan memperoleh manapun langsung atau material yang tidak langsung bunga keuangan di dalam klien perusahaan.
2. Adalah suatu wali tentang segala pengurus atau pelaksana atau kepercayaan tentang segala tanah jika tanah atau kepercayaan seperti itu mempunyai atau merasa terikat dengan memperoleh manapun langsung atau material yang tidak langsung bunga keuangan di dalam perusahaan
3. Sambungan yang mempunyai, investasi bisnis lekat dipegang dengan perusahaan atau dengan manapun pegawai, direktur, atau pemegang saham prinsip daripadanya itu adalah material dalam hubungan dengan kekayaan bersih anggota atau kepada kekayaan bersih menyangkut perusahaan anggota
4. Pinjaman yang mempunyai ke atau dari perusahaan klien atau manapun direktur pegawai, atau pemegang saham, prinsip menyangkut perusahaan kecuali ketika secara khusus diijinkan di dalam penafsiran 101-5.
B. Sepanjang periode yang tutup oleh laporan keuangan, sepanjang periode dari perikatan profesional, atau pada ketika dalam pernyataan adalah suatu pendapat, suatu anggota atau suatu perusahaan anggota
1. Hubungkan dengan perusahaan sebagai penyelenggara, di bawah penulis atau pemungutan suara wali, sebagai direktur, pegawai, atau karyawan, atau di manapun kapasitas setara dengan itu suatu anggota manajemen.
2. Adalah suatu wali untuk manapun pensiun/rumah penginapan atau pembagian keuntungan kepercayaan menyangkut perusahaan.
Obyektifitas dan integritas ( aturan 102): di dalam pencapaian tentang segala jasa profesional , suatu anggota akan memelihara integritas dan obyektifitas, akan bebas konflik kepentingan, dan haruslah tidak dengan sadar salah menggambarkan bawahan;subordinat atau fakta pertimbangannya ke orang lain. Aturan102, kemudian, meminta empat hal-hal di dalam melakukan/menyelenggarakan profesional melayani
1. Pemeliharaan obyektifitas dan integritas
2. Menjadi membebaskan diri dari; bebas dari konflik kepentingan
3. Tidak dengan sadar salah menggambarkan fakta
4. Bukan kata penghubung pertimbangan seseorang ke orang lain
Konflik kepentingan diuraikan di dalam kode sebagai situasi di manahubungan tertentu merusak obyektifitas anggota. Suatu penting unsur penafsiran ini bahwa itu pergi di luar semakin exsistance suatu konflik kepentingan. Penafsiran sepertinya setuju dengan titik Levitt'S. Bagaimanapun, perhatian penafsiran yang di dalam kasus dari jasa menjadi bukti, persetujuan dan penyingkapan tidak bisa menghapuskan perusakan/pelemahan kemerdekaan.
Yang nyata melawan konflik riil tidak berdebat dengan kedudukan, kode terus untuk menawarkan beberapa contoh situasi yang perlu menyebabkan suatu anggota untuk mempertimbangkan ya atau tidaknya klien, pemberi kerja, atau pesta sesuai lain bisa memandang hubungan sebagai merusak obyektifitas anggota.
- Suatu anggota telah diminta untuk melaksanakan ligitation jasa untuk penggugat dalam hubungan dengan suatu penuntutan perkara bidang againts suatu klien menyangkut perusahaan anggota.
- Suatu anggota telah menyajikan pajak atau perencanaan keuangan pribadi ( PFP) jasa untuk suatu sepasang dinikahi yang sedang mengalami suatu perceraian, dan anggota telah diminta untuk menyediakan jasa untuk kedua belah pihak sepanjang cara bekerja perceraian.
- Dalam hubungan dengan suatu PFP perikatan, suatu rencana anggota untuk menyatakan bahwa klien menanam modal dalam suatu bisnis di mana anggota mempunyai suatu bunga keuangan.
- Suatu anggota menyediakan pajak atau PFP jasa untuk beberapa anggota suatu keluarga yang mungkin punya menentang bunga.
- Suatu anggota mempunyai suatu bunga keuangan penting, adalah suatu anggota manajemen, atau sanggup pengaruh di dalam suatu perusahaan yang adalah suatu pesaing.
- Suatu anggota melayani pada suatu kota besar dewan pendekatan pajak, yang mana mempertimbangkan berbagai hal yang menyertakan beberapa anggota mengenai pajak klien.
- Suatu anggota telah didekati untuk menyediakan jasa dalam hubungan dengan pembelian milik tetap dari suatu klien menyangkut perusahaan anggota
- Suatu anggota menunjuk suatu PFP atau klien pajak bagi suatu broker asuransi atau penyedia jasa lain, yang mana menunjuk klien kepada anggota di bawah suatu exlusive pengaturan untuk melakukannya
- Suatu anggota merekomendasikan atau menunjuk suatu klien bagi suatu kantor jasa di mana mitra atau anggota di dalam perusahaan anggota menjaga material bunga keuangang yang utama suatu klien di mana anggota melaksanakan jasa konsultasi.
Penyajian Keliru : Aspek/pengarah aturan yang ketiga 102 akan sengaja melarang, penyajian keliru pengetahuan fakta. Ini sederhananya suatu pendekatan ke kejujuran pada pihak seorang akuntan. penyajian keliru adalah berbaring, dan berbaring, ketika kita gergaji, adalah suatu proses seseorang penggunaan untuk berhasil - kita sendiri .
Pengabdian Selaku Pertimbangan Bawahan: Aspek/pengarah aturan yang akhir 102 menjadi pengasingan lagi kata penghubung pertimbangan seseorang ke yang lain. 102, di dalam larangan suatu anggota dari dengan sadar misrepresentating kata penghubung atau fakta pertimbangannya ketika melakukan/menyelenggarakan jasa profesional, menetapkan melainkan dengan jelas satu set langkah-langkah yang harus diikuti untuk memastikan bahwa tidak ada pengabdian selaku bawahan pertimbangan.
1. Anggota perlu mempertimbangkan apakah masukan atau kegagalan untuk merekam suatu transaksi di dalam arsip, atau laporan keuangan presentasi atau penghilangan atau alami penyingkapan di dalam laporan keuangan, seperti diusulkan oleh penyelia, menghadirkan penggunaan dari suatu alternatif bisa diterima dan tidak secara material salah menggambarkan fakta.
2. Jika anggota menyimpulkan bahwa laporan keuangan atau arsip bisa secara material diutarakan salah, anggota perlu membuat perhatian nya mengenal kepada untuk tingkat yang lebih tinggi yang sesuai manajemen di dalam organisasi
3. Jika, setelah mendiskusikan perhatian nya dengan para orang yang sesuai di dalam organisasi, anggota menyimpulkan tindakan yang sesuai itu tidaklah diambil, ia atau dia perlu mempertimbangkan hubungan berkelanjutan nya dengan pemberi kerja
4. Anggota perlu terus menerus adalah kenal kewajiban nya di bawah penafsiran 102-3
Bagian 200
201: dalam posisi ini, kita bergerak ke bagian 200 [menyangkut] kode dan menguji aturan [yang] mengatur standards-rule umum 201. kita mengutip dari aturan.
A. Kemampuan/ wewenang Profesional. Lakukanlah hanya profesional itu melayani anggota atau kaleng perusahaan anggota yang layak harapkan untukmenjadi lengkap dengan kemampuan/ wewenang profesional
B. Tiba kepedulian profesional. Latihlah tiba kepedulian profesional di dalam pencapaian jasa profesional
C. Pengawasan dan Perencanaan. Yang cukup merencanakan dan mensupervisi penapaian jasa profesional
D. Cukup Relevan data. Memperoleh Cukup relevan data untuk mampu suatu basis layak untuk pujian/rekomendasi atau kesimpulan dalam hubungan dengan manapun jasa profesional melakukan
Aturan 202-Compliance dengan standard: suatu anggota yang melaksanakan auditing, tinjauan ulang, kumpulan, manajemen yang berkonsultasi, mengenakan pajak, atau jasa profesional lain akan mematuhi standadrs yang diumumkan resmi oleh badan yang ditunjuk oleh dewan.
Aturan yang yang 203-Prinsip Akuntansi: aturan Yang akhir berhadapan dengan prinsip-prinsip akunting standard adalah aturan 203, yang mana mengurus/memerintah opini dari penggunaan tentang prinsip-prinsip akunting berlaku umum.
Bagian 300
301- klien rahasia Informasi: ini adalah agak secara langsung suatu anggota di dalam praktek publik haruslah tidak menyingkapkan manapun informasi klien rahasia tanpa persetujuan spesifik dari klien
302- ketidak-tentuan Pembayaran: aturan 302 sukses dengan pembayaran ketidak-tentuan, yang mana adalah suatu isu yang agak kompleks. itu melarang anggota dari diterimanya ketidak-tentuan pembayaran atas audit atau tinjauan ulang laporan keuangan, atau kumpulan statemen untuk digunakan dengan sepertiga pihak, yang mana tidak menyingkapkan suatu ketiadaan kemerdekaan.
Bagian 400
Bagian berikutnya dari kode, yang mana meliputi aturan di dalam 400 rangkaian, dipersempahkan kepada seorang para akuntan tanggung-jawab ke para rekan kerja. ada pasti mengeluarkan para akuntan muka itu tentang apa yang akan dilakukan dengan menghormati ke para akuntan lain yang melakukan tindakan tak pantas atau tidak sah di dalam pengejaran pekerjaan mereka.